Seorang kenalan yang lama tidak berjumpa terkejut melihat keadaan saya. Ia bertanya, mengapa jalan terhuyung-huyung?
Pria usia jelang 70 tahun itu menyimpulkan, saya mengalami kecelakaan yang membuat satu bagian kaki luka dan lemah. Setelah diterangkan bahwa saya terkena penyakit kronis, bukan karena kaki luka, ia manggut-manggut tanda memahami penjelasan.
Seminggu kemudian saya berjumpa lagi dengannya dan mengajukan pertanyaan yang sama, mengapa jalan seperti terhuyung-huyung? Kaki luka, ya? Di kesempatan berikutnya lagi, tiap berjumpa ia melontarkan pertanyaan sama. Capek deh!
Seperti biasa untuk menggerakkan badan, satu hari ia berjalan pagi tidak jauh dari tempat tinggalnya. Sampai mendekati waktu Maghrib pria lansia itu belum kembali.
Keluarganya pun panik. Tak sepotong tanda pengenal dibawanya. Untungnya, seorang tetangga menemukannya dalam keadaan linglung di satu warung.
Pada hari-hari berikutnya, istrinya menyelipkan salinan KTP ke dalam kantongnya saat ia berkeras keluar rumah, meski untuk olahraga jalan kaki dekat-dekat.
Secara berbisik, pria lansia itu mengatakan bahwa wanita di rumahnya bukan istrinya, tetapi agen yang diselundupkan oleh kelompok tertentu untuk memata-matai.
Dengan nada mengolok-olok dan menganggap lucu, orang di sekitarnya mencap bahwa pria lansia tersebut telah memasuki fase pikun. Saya pun punya pikiran serupa.
Saya mencari keterangan. Menurut berbagai referensi medis, ia mengalami penurunan fungsi kognitif yang berpengaruh terhadap kemampuan mengingat, komunikasi, dan berpikir. Kadang disertai dengan perubahan perilaku.
Alzheimer dan demensia. Tidak mudah bagi saya untuk membedakannya antara kedua penyakit tersebut.
Satu referensi menyebut, Alzheimer dan demensia sama-sama merupakan penyakit kemerosotan kinerja organ tubuh (degeneratif).
Bedanya, demensia adalah kumpulan gejala terkait fungsi kognitif. Alzheimer merupakan salah satu contoh demensia, meski tidak semua demensia adalah Alzheimer yang juga mengganggu fungsi kognitif.
Perbedaan Alzheimer dan demensia dapat dilihat dari penyebab, gejala, dan cara mengobatinya (keterangan lengkap di sini)
Saya bukan dokter, jadi tidak hendak membahas demensia pun Alzheimer dari sudut pandang medis, tetapi turut (walau seupil) dalam kampanye agar lebih memahami Alzheimer.
Terinformasi dari Alzheimer's Society, September merupakan Bulan Alzheimer Sedunia (World Alzheimer's Month). Sedangkan tanggal 21 September memperingati Hari Alzheimer Sedunia (World Alzheimer's Day).
Kampanye bulan Alzheimer tahun 2024 mengusung tagline 'Time to act on dementia, Time to act on Alzheimer's', dengan membangun kesadaran global dengan fokus pada perlakuan terhadap demensia, serta menentang stigma dan diskriminasi kepada orang terkena penyakit tersebut.
Dalam bulan September, asosiasi Alzheimers sedunia menyelenggaran berbagai kegiatan meliputi pembelaan dan upaya perjuangan hak, distribusi informasi, hingga pengumpulan dana.
Hari Alzheimer Sedunia adalah upaya masyarakat global, untuk meningkatkan kesadaran dan melawan perlakuan negatif terhadap penderita penyakit Alzheimer dan demensia lainnya.
Selamat memperingati Hari Alzheimer Sedunia, tanggal 21 September. Mari kita tingkatkan kesadaran tentang penyakit Alzheimer dan lawan stigma terhadap penderitanya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H