Disamping itu, keberadaan mereka mengambil bidang lumayan luas. Maka ruang tampak sempit, menyebabkan pergerakan orang sedikit terganggu. Terasa "membebani" karena memang bobot mereka cukup berat.
Penggantian dengan furnitur lebih praktis dan ringan membawa himpunan kursi rotan ke gudang. Di sana mereka teronggok, berdebu, dan kian rusak. Hingga satu ketika ada pembersihan gudang.
Barang-barang yang dapat digunakan kembali, dibersihkan dan ditumpuk rapi. Sedangkan peranti yang tidak dapat diselamatkan, ya mohon maaf, terpaksa diangkut truk puing.
Termasuk yang dimuat adalah kursi rotan. Badannya besar memenuhi ruang penyimpanan. Juga sudah rusak.
Bagaimanapun, kursi rotan yang dirancang dengan menggunakan model Adirondack itu sempat menghadirkan rasa nyaman, aman tidak gampang terguling, dan membebaskan dari ketegangan. Sebuah kenangan yang tidak mudah terhapus begitu saja.
Kursi tersebut dirancang sedemikian rupa agar membuat penggunanya betah duduk berlama-lama.
Ssst... jangan bilang-bilang mengenai bangku Adirondack, kepada yang sedang berebut kursi panas kepala daerah. Ntar blaen! ("blaen" istilah di Jawa Timur untuk "berabe"). Bila memilikinya, bisa-bisa mereka betah, tak mau turun-turun, dan ingin duduk berlama-lama bersama keluarga.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H