Kemarin pagi di depan kantor BSIP Kementerian Pertanian. Saya meletakkan gelas plastik isi kopi seduh pada betonan tiang listrik, lalu menduduki kotak kayu bekas peti buah.
Ngopi berharap ada buah pikiran jatuh dari rimbunan pohon manggis dan pala. Rasa-rasanya terakhir ke sini sebelum puasa atau sebelumnya lagi, saya lupa.
O ya, agar tidak bingung, BSIP adalah Badan Standarisasi Instrumen Pertanian. Dulunya bernama Balai Penelitian Perkebunan.
Berhubung semua peneliti termasuk teknisinya ditarik ke Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), maka lahan dan gedung segede gaban itu tidak pantas lagi disebut lembaga penelitian. Jadilah BSIP.
Seruput kopi.
Selain kopi seduh, Pak Yana juga menjual nanas madu kupas.
Berdagang kopi seduh perlu modal, yaitu rencengan kopi saset yang dibelinya di warung kelontong milik tetangga. Juga air panas dalam termos.
Untuk mendapatkan nanas, Pak Yana tidak perlu modal. Ada bandar menitip jual dengan imbalan berupa komisi.
Berapa hasil keuntungan berdagang kopi dan komisi jual nanas?