Di masa lalu saya banyak mengalami kekecewaan. Hal-hal tercapai tidak sesuai dengan ekspektasi. Umpama:
- Ketika bekerja penghasilan rasanya begitu-begitu saja, padahal sudah bekerja keras banting tulang hingga remuk.
- Saat mulai berbisnis, beberapa kali mengalami kegagalan. Kok ya tidak bisa langsung sukses sih seperti cerita orang-orang?
- Dan seterusnya.
Kalau diceritakan semua, jangan-jangan artikel ini penuh dengan keluhan. Tak bagus.
Namun ada satu kekecewaan paling dahsyat dialami, yakni ketika sebuah serangan menyebabkan lumpuh separuh badan.
Tambah kecewa, serangan itu menimbulkan penyakit kronis tidak sembuh-sembuh. Butuh waktu lama untuk pemulihan. Itu pun tidak sempurna seperti sebelumnya.
Rasa kecewa berat, marah entah ke siapa, putus asa, terpuruk, terpinggirkan, dan segala ihwal buruk berpilin-pilin di dalam kepala.
Sampai bertahun kemudian --saya lupa persisnya kapan-- terjadi titik balik.
Ibarat tenggelam, begitu menyentuh dasar air badan menjadi ringan lalu melesat menuju permukaan. Bisa bernapas lega.
Begitu menyentuh dasar keterpurukan, tiba-tiba rasa syukur menyergap. Jadi mengerti arti bersyukur.
Bersyukur adalah menghargai karunia dilimpahkan. Ada banyak anugerah diberikan, meliputi: hidup itu sendiri, sehat lahir batin, keluarga, materi (besar kecilnya adalah relatif), pertemanan, dan masih banyak lagi.
Apabila dipikirkan dengan sungguh-sungguh, kita harusnya menikmati segala pemberian yang tidak terhingga. Menikmati, menghayati, dan menghargai adalah wujud syukur.
Bukan bersyukur yang dinyatakan oleh mulut. Syukur dirasakan di dalam hati dan dinikmati dengan ikhlas.