Tagline satu merek furnitur dalam iklan tahun 1990an demikian kuat. Meninggalkan kesan mendalam hingga kini.
Kursi sofa yang digambarkan membuat siapa pun "semakin betah di rumah". Duduk berlama-lama menikmati kenyamanan sambil minum teh.
Kemudian pengertian kursi yang membuat betah melebar, menjadi kursi yang berkaitan dengan jabatan.
Kursi jabatan juga membuat betah siapa pun yang pernah duduk. Lupa berdiri lalu enggan menyerahkan kedudukannya kepada orang lain.
Meskipun telah menjabat dua periode, ia enggan turun dari kursinya. Berusaha dengan segala cara tetap berkuasa, kendati menurut ketentuan jabatan akan berakhir.
Eits, pikiran jangan berkelana ke mana-mana! Ambisi "kalau sudah duduk lupa berdiri" menjangkiti teman saya.
Pedro, sebutlah namanya demikian, sudah dua periode menjadi Ketua Dewan Pimpinan Cabang (DPC) sebuah asosiasi perusahaan konstruksi. Ketentuan internal organisasi membatasi jabatan ketua sampai dua kali.
Jelang akhir periode kedua, Pedro tidak rela menyerahkan kekuasaan kepada orang lain. Enggan turun dengan dalih, tidak ada pengganti yang layak!
Padahal ada beberapa kandidat yang kompeten. Berpengalaman di bidang konstruksi dan memiliki pemahaman tentang organisasi.
Pedro mengabaikan kenyataan itu. Memberi gambaran kepada organisasi lebih tinggi (Dewan Pimpinan Daerah/DPD), bahwa di lingkungan DPC tidak ada yang layak sebagai pengganti.