Dalam satu perjumpaan, beberapa sahabat bertanya bagaimana cara saya menulis untuk Kompasiana?
Pertanyaan sederhana. Mestinya jawabnya juga biasa.Â
Tinggal ambil kertas dan pena. Atau ketuk layar HP atau komputer. Menyusun huruf, jadilah rancangan tulisan. Setelah menyunting seperlunya, mengunggah karya tulis ke blog keroyokan itu.
Memang tiap penulis punya cara menyusun kata-kata pun gaya pengungkapannya. Tiap penulis bisa berbeda waktu dalam menghasilkan karya, dari masih berbentuk gagasan hingga penayangan.Â
Dalam hitungan menit maupun jam menayangkan satu artikel. Umumnya begitu.
Pengalaman saya agak berbeda. Malahan, lima tahun lalu belum terpikir untuk menulis.
Satu, sebelumnya saya tidak punya pengalaman tulis menulis, kecuali merakit laporan dan tulisan formal yang sudah berformat.
Kedua, mati separo. Separuh fisik atau badan bagian kanan lemah, bisa jadi separuh kemampuan berpikir ikut runtuh, akibat serangan penyakit kronis.
Satu ketika saya membuka akun Kompasiana yang pernah terkubur lama sekali. Menggunakan telepon genggam coba-coba menulis. Mengunggah naskah-naskah singkat tanpa mutu sama sekali.
Bebeberapa artikel dihapus karena melanggar syarat dan ketentuan berlaku, namun tidak lantas menyurutkan semangat.