Dalam perjalanan selanjutnya, saya menemukan cara menulis seperti ini:
1). Membangun tulisan di layar telepon genggam, menggunakan jempol tangan kiri. Untuk itu perlu waktu paling cepat dua jam. Tulis tangan butuh waktu jauh lebih lama lagi, hasilnya pun tidak akan bagus.
2). Kalau perlu, mencari referensi pendukung. Lebih suka menulis berdasarkan pengalaman dan/atau dari hasil pengamatan keadaan sehari-hari.
3). Draft utuh dialihkan ke laptop untuk dilakukan penyuntingan dan penambahan seperlunya. Layar besar memudahkan meninjau coretan.
4). Mengetuk papan kunci laptop dengan memaksimalkan jempol dan telunjuk tangan kiri. Tangan kanan tidak patuh bila disuruh.
5). Mencari ilustrasi lebih mudah melalui komputer pribadi ukuran agak kecil itu.
6). Setelah dirasa semua sudah lengkap, memeriksakan tingkat keunikan karya tulis melalui plagiarism checker gratisan.
7). Kemudian mengunggahnya ke Kompasiana seraya komat-kamit berdoa agar tidak dihapus oleh sistem atau kena karantina. Berharap mendapatkan viewer dengan jumlah bagus.
Dengan itu menerbitkan satu artikel perlu waktu seharian. Terhitung sejak munculnya gagasan hingga penayangan. Bukan 12 jam nonstop.Â
Proses diselingi dengan kesempatan makan, pergi ke kamar mandi, mengistirahatkan kepala ngebul, dan sebagainya.
Satu hal yang pasti, saya memerlukan waktu satu hari untuk menghasilkan sebuah artikel layak tayang.