Sebelumnya seorang teman mengabarkan, ada festival kuliner pada tanggal 9-10 Desember 2023.
Esok harinya, Sabtu pagi lalu saya siap-siap. Sarapan secukupnya dan minum kopi tanpa gula.
Rencananya jalan kaki dari rumah menempuh perjalanan sejauh kira-kira 3kilometer.
Sengaja berangkat pukul 10 lewat, lebih dari biasanya, agar pas tiba di lokasi pada waktu makan siang.
Di dalam kepala terbayang-terbayang, berburu dan memilih aneka hidangan dari berbagai daerah.
Kurang dari satu jam tiba di lokasi. Terdengar suara musik. Masuk lebih dalam tampak beragam stan makanan, memajang:
- Gulai paku (pucuk pakis),
- Lontong pical (pecel),
- Martabak Kubang,
- Martabak Mesir,
- Roti cane kuah kari,
- Sate Padang,
- Soto Padang,
- Bubur kampiun,
- Lamang bakar.
- Tapai,
- Lapek bugih,
- Dan aneka penganan yang saya lupa lagi namanya.
Di stan-stan lain juga digelar aneka hidangan: randang, dendeng batokok, aneka gulai, ayam masak lado ijo, dan sebagainya.
Mayoritas masakan khas Bukittinggi. Serupa makanan di rumah makan Padang, tapi tidak persis sama. Mungkin warga Minang lebih bisa menjelaskan perbedaannya.
Yang jelas, bagi saya nasi Kapau lebih terasa enak di lidah. Bukan berkat penyedap buatan, tapi memang bumbunya kuat sehingga sedap betulan.