Beberapa waktu lalu guyonan 'pinjam dulu seratus' sempat populer di kalangan warganet. Kini candaan pinjam dulu seratus mulai jarang terdengar.
Mendadak tiga hari lalu frasa pinjam dulu seratus terdengar lagi. Terucap jelas dan dalam arti senyatanya.Â
Apa maksud?
Begini. Hampir setiap pagi saya jalan kaki. Mengelilingi kawasan permukiman. Keluar masuk gang menyusuri perkampungan. Menapaki undak-undakan turun ke dan naik dari bantaran kali.
Tujuannya agar tubuh bergerak, menguatkan kaki, bertemu orang-orang, healing biaya murah, dan menghabiskan umur.Â
Lha kok cetusan paling ujung seperti putus asa begitu?
Saya percaya bahwa usia terbatas. Berapa perhinggaannya, itu rahasia yang tidak pernah dapat diduga.
Tugas saya adalah mengisi usia diberikan dengan melakukan kebaikan bagi diri, orang lain, makhluk hidup, dan semesta beserta isinya, sekalipun kesadaran itu datangnya terlambat.
Jadi usia tersisa saya bayarkan untuk kebaikan. Menghabiskan umur untuk melantaskan ihwal baik dan berguna.
Dalam kesibukan jalan pagi saya kerap menghampiri penjual makanan. Membeli dua tiga potong penganan harga seribuan.