Embusan angin bikin betah duduk berlama-lama di kursi plastik. Meskipun lalulintas di depannya lumayan ramai, proses kreatif tidak terganggu.
Paling menyenangkan, pemilik kedai nasi tidak usil membincangkan banyak hal sebagaimana di kedai kopi sebelah sana. Cakap angin yang membuat saya tidak bisa berkonsentrasi.
Bisa jadi saya merupakan pembeli yang duduk paling lama, tapi jajannya paling sedikit. Menghirup kopi cap Liong seduh (Rp4.000). Menyantap 1 atau 2 kerat tahu sutera goreng (@ Rp1.000). Minum 1 atau 2 gelas air mineral (gratis). Sesekali makan nasi, sayur, dan telur dadar dengan harga tak lebih dari Rp10 ribu.
Murah. Ketimbang nongkrong sembari minum atau makan di kafe.
Di warung amigos, dengan lima ribu perak (kopi plus 1 tahu) sudah bisa fokus menyelesaikan sebuah tulisan utuh.
Apa sepadan dengan perolehan K-Rewards?
Kalau mengalkulasi imbalan, maka lebih baik tidak usah menulis. Berapa biaya internet, tenaga, waktu, dan jajan?
Bagi saya menulis adalah hobi. Bersenang-senang menyalurkan kebisaan sekalian mengisi waktu. Siapa tahu kelak pembaca dapat memetik manfaat dari artikel dibagikan.
Siang atau sore saya memeriksanya lagi, mencari ilustrasi, dan melakukan penyuntingan. Malam atau besok paginya barulah ditayangkan di Kompasiana.
Kenapa Kompasiana? Setelah swasunting secukupnya, artikel bisa langsung ditayangkan. Itu enaknya.
Tak sedikit karya tulis lahir di warung amigos. Menarasikan gagasan ditemani segelas kopi dan segelas air mineral. Diiringi deru kendaraan berseliweran berikut debu beterbangan.