Dengan itu ruang untuk memupuk laba dari penjualan kian sempit.
Posisi uang lancar (kas dan saldo bank) diperhitungkan tidak cukup untuk memenuhi pembayaran THR seluruh pegawai. Upaya penjadwalan (memundurkan) waktu pembayaran kewajiban kepada supplier sudah ditempuh.
Tidak ada suntikan dana. Jauh-jauh hari pihak owner telah menyerahkan pengelolaan operasional dan keuangan kepada manajemen. Dengan itu diharapkan manajemen lebih leluasa berlari kencang. Atau jatuh tersungkur?
Terpuruk? Belum.
Strategi untuk meningkatkan penjualan baru dimulai. Kendati hasilnya tidak secepat memasak mi instan, harapan masih terbuka.
Singkat cerita, dua minggu sebelum Lebaran, THR pegawai dibayarkan. Wajah para penerima ceria. Kecuali level supervisor dan manajer, termasuk saya yang berusaha tersenyum sambil terus memanjatkan doa.
Oh ya, sebagian besar lantai dua sengaja dihampar karpet dan sajadah. Pegawai bersama tamu dapat melakukan salat wajib dan tarawih secara berjamaah.
Beberapa hari sebelum rencana tutup operasi terkait libur Lebaran, datang berita baik.
Beberapa pelanggan memesan menu prasmanan untuk acara kumpul setelah Lebaran. Bahkan, satu konsumen setia akan mengadakan closed party. Artinya, seluruh area restoran di-booking selama waktu tertentu.
Tentu saja konfirmasi pesanan tersebut disertai dengan uang muka pembayaran. Sebagian cukup untuk memenuhi menggenapi pelunasan THR kepada penyelia dan manajer.
Beban berat di dalam dada bagai mencair begitu saja. Digantikan oleh rasa syukur yang tidak berkesudahan.