Terakhir melakukan medical check up tahun 1995. Berapa biayanya? Saya tidak tahu. Ia adalah fasilitas kesehatan yang disediakan oleh kantor tempat saya bekerja.
Pun tidak tahu tujuannya sehingga memperoleh fasilitas pemeriksaan kesehatan lengkap. Bisa jadi agar perusahaan mengetahui keadaan kesehatan karyawannya.
Medical check up dilakukan di sebuah rumah sakit di kawasan Menteng, Jakarta. Meliputi pemeriksaan: suhu tubuh, darah, detak jantung, dan kondisi umum fisik. (Untuk mengetahui medical check up lengkap dapat dibaca di situs kesehatan).
Itu adalah pemeriksaan lengkap pertama kali dan satu-satunya. Setelahnya tidak pernah ada lagi, yang lantas membuat saya menyesal.
Salah satu pangkal perkara, saya selalu merasa sehat. Kalaupun sakit kepala, meriang, dan penyakit "ringan" lainnya, saya berusaha tidak minum obat selain diresepkan oleh dokter. Sakit agak berat ketika persendian di kaki membengkak akibat kadar asam urat tinggi. Kadang minum obat penurun asam urat, penahan nyeri, dan antibiotik.
Seringnya tidak mengonsumsinya. Sudah hafal, sendi memerah lalu bengkak tiga-empat hari. Setelah itu reda dan saya menganggap mulai bisa beraktivitas, kendati berjalan dengan tertatih. Pulih total tujuh hari terhitung sejak munculnya gejala awal, kecuali peradangan pindah tempat ke sendi lain.
Jadi selama itu saya merasa sehat-sehat saja. Kemudian "hanya" tiga kali menginap di rumah sakit akibat sakit berat:
- Operasi usus buntu. Biaya tindakan dan pemulihan ditanggung asuransi kesehatan yang preminya dibayar kantor.
- Infeksi paru-paru lantaran terlalu banyak merokok. Biaya perawatan lebih dari satu pekan ditanggung sendiri. Maklum, pekerja lepas yang eman menggunakan laba usaha untuk membayar premi asuransi kesehatan.
- Terakhir, selama dua minggu tidur di ranjang putih akibat serangan penyakit kronis. Bagusnya saya sudah ikut BPJS. Sebagian besar biaya ditanggung oleh perusahaan asuransi pelat merah itu.
Selain memang jalannya begitu, menurut hemat saya peristiwa sakit berat lantaran ada beberapa pengabaian:
- Menyepelekan sakit ringan hingga agak berat. Artinya, tidak segera mengambil tindakan dengan: istirahat, menjaga makan minum, atau memeriksakan diri ke dokter.
- Memforsir tenaga tanpa menghitung kekuatan dan kecukupan istirahat. Merasa kuat berlandaskan semangat "time is money" di mana kemudian waktu 24 jam sehari menjadi tidak cukup.
- Mengonsumsi barang tidak sehat, seperti: merokok, makanan minuman tinggi garam dan gula, makanan berlemak, kadang alkohol (misalnya, ketika menjamu pejabat pengadaan di kafe atau tempat karaoke).
- Kurang berolahraga, baik dengan berjalan kaki, jogging, berenang, bersepeda, ataupun melakukan olahraga permainan.
- Tidak rutin melakukan medical check up agar memperoleh gambaran tentang kondisi kesehatan. Banyak alasan bisa dibuat untuk tidak melakukannya.
Pengabaian-pengabaian terhadap keadaan kesehatan diri itulah yang membawa saya ke rumah sakit. Dalam bingkai itu pula tergambar, betapa penting melakukan medical check up.
Terakhir menjalani pemeriksaan medis lengkap lebih dari seperempat abad yang lalu. Setelah itu tidak pernah lagi. Dan itu menimbulkan rasa sesal.