Betapa sukacita mengetahui teman baiknya meninggal dunia. Menurut kabar, temannya menemui ajal dengan cara-cara yang pernah mereka diskusikan.
Perjumpaan mula terjadi saat kedua orang sedang mandi sinar matahari. Siraman cahaya hangat pagi membawa rasa nyaman menyehatkan.
Sementara melatih gerakan tangan dan kaki, pembuluh dalam tubuh mengembang. Darah mengalir lebih cepat. Keringat menembus pori-pori.
Tak hanya itu. Komunikasi dua pria sebaya sambung-menyambung. Saling melengkapi dengan cerita-cerita tentang pengalaman serupa, kendati berbeda dalam soal pekerjaan.
Seorang sebentar lagi memasuki masa purnabakti sebagai karyawan institusi negara. Satunya mendadak pensiun dari entitas usaha partikelir akibat kerusakan fisik dan ketidakmampuan pikir.
Pria lebih kurus mengalami masalah motorik di bagian tubuh kiri. Berjalan menggunakan tongkat tunggal empat kaki bukan walker. Satunya lemah sebelah kanan, tapi sudah lepas alat penopang.
Kecuali perihal latar belakang pekerjaan yang langit dibanding bumi, pemahaman dan pengalaman tentang apa yang mereka alami adalah setali tiga uang.
Begini.
Dua pria itu sudah lelah berpusing-pusing mengejar kata orang ihwal pengobatan alternatif, yang mana akhirnya mereka kembali ke upaya medis.
Kemudian mereka pasrah. Bukan berarti menyerah, tapi menerima keadaan. Menjalani sisa hidup bagai pintu pertobatan seraya menunggu kematian.