Setiap kali mendatangi warung setiap kali itu pula seorang pria mengatakan hal sama, "takusah diberi garam, atau kalau tidak, bubuhi tujuh butir saja."
Demi mendengarnya, pedagang mi menghentikan kegiatan meracik bumbu ke dalam mangkuk kosong. Terheran-heran, bagaimana mungkin memastikan jumlah kristal garam nan halus?
Permintaan aneh yang bikin kesal. Pelanggan lain tidak pernah keberatan, dengan racikan bumbu mi rebus yang sudah tersohor ke pelosok negeri.
Semua orang memuji rasa. Pada lembutnya mi nan gurih yang nagih. Campuran bumbu pas dalam sedapnya kuah bening. Membuat lidah menjilati dasar mangkuk sampai terasa ludah sendiri.
Kecuali pria pembeli itu.
Racikan tanpa garam, atau sangat sedikit garam, membuatnya tersinggung. Harga diri penjual mi ternoda. Standar telah ditetapkan dijebol oleh pria pembeli itu.
Pada satu kesempatan senggang, ia mendatangi pria pembeli. Dengan menahan amarah penjual mi mendekatkan hidungnya ke muka pria pembeli.
"Terus terang aku tersinggung. Apa alasanmu minta dibubuhi amat sangat sedikit sekali garam, atau bahkan tidak boleh menambahkannya? "Â
"Boleh aku selesaikan makanku?"
"Aku menunggu!"