Bisa jadi ada yang terheran-heran, pria kok bisa masak?
Beberapa kali terlihat saya berada di dapur. Memotong sayuran dan daging. Berpanas-panas dekat kompor. Lalu menghidangkan masakan menarik mata dan menggugah selera.
Kebisaan dibangun dari kebiasaan. Tidak datang tiba-tiba. Pun bukan karena faktor genetik. Ia butuh proses panjang.
Pengaruh lingkungan, ada. Almarhum bapak saya hobi memasak dengan hasil masakan luar biasa.Â
Dasarnya karena beliau suka masakan olahan restoran, tapi tidak setiap saat bisa membelinya. Eman-eman duitnya, katanya.
Lebih baik mencicipi sekali. Lantas meniru dengan mengolah sendiri di rumah. Hasilnya dinikmati bersama keluarga.
Kebiasaan itu menular. Saya membuat berbagai masakan yang terpikirkan, bahannya tersedia, dan tidak ruwet dalam mengolah. Meliputi Indonesian, western, hingga oriental food. Termasuk mengolah Chinese food.
Waktu tangan kanan masih berfungsi normal, saya kerap membangkitkan selera keluarga dengan masakan ayam goreng mentega.Â
Resep versi sendiri yang diperoleh setelah beberapa kali menafsirkan rasa masakan olahan restoran. Hasil modifikasi.
Dengan itu saya bisa menghadirkan masakan kesukaan keluarga secara berulang tanpa terlalu menguras dompet.