Seluruh keadaan diperiksa oleh tukang terampil yang kemudian memberikan gambaran sebagai berikut:
- Sebagian genteng (diperkirakan 100 buah) dan nok (bubungan: berfungsi menutupi pertemuan kedua sisi genteng) retak atau pecah.
- Talang tidak mampu menampung air saat intensitas hujan tinggi. Dudukan berupa reng kayu telah lapuk.
- Tingkat kemiringan talang beton kurang. Sisinya juga kurang tinggi sehingga memungkinkan air meluap.
- Balok kayu di atas ruang keluarga dan kamar (di atas plafon) rapuh dimakan air.
Setelah mendiskusikan permasalahan, tercapai kata sepakat tentang solusi perbaikan atap:
1. Mengganti reng dan balok rapuh. Bahan kayu direkomendasikan yang kering dan berkualitas. Kayu belum kering cenderung melengkung kena perubahan suhu.
2. Mengganti genteng pecah dan retak. Terinformasi, sulit mencari genteng plentong di Kota Bogor. Bagusnya, ada tetangga menyimpan genteng plentong bekas bongkaran bangunan kantor.
3. Nok retak atau pecah diganti baru, direkatkan dengan semen.
4. Membongkar dan merapikan kembali susunan genteng agar duduk rapat tanpa celah.
5. Talang seng dan karpet yang ditutup lisplang tidak digunakan lagi, diganti talang PVC setengah lingkaran. Dipasang cukup miring sehingga air meluncur deras ke paralon pembuangan.
6 Talang beton ditambah "daging" untuk mencapai kemiringan cukup dan meninggikan dinding sisi-sisinya.
7. Nok/bubungan dilapisi dengan semen. Setelah kering sempurna, dilabur dengan cat anti bocor. Demikian agar dapat menutup retak rambut yang mungkin masih ada.
Mau tidak mau, seluruh plafon asbes diganti baru dengan gipsum yang dicat.
Setelah perbaikan besar itu, rumah tidak bocor. Tidak perlu lagi lari-larian menaruh ember untuk menampung cucuran air dari plafon.
Demikian pengalaman mengatasi rumah bocor. Perbaikan besar, tidak dengan cara tambal sulam.
Mungkin Anda punya pengalaman berbeda?
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H