Ndilalah besoknya --tadi pagi-- pria tersebut mengirim pesan WA: "habis Jumatan ke situ. Nanti saya mengoperasi jantung...bla..bla..bla.. sampeyan kenak zakat 341 ribu. Siapkan amplot...."
Operasi jantung? Tiga ratus empat puluh satu ribu? Bagaimana kalau 9 sampai 11 kali pertemuan?
Meskipun, misalnya, setiap bulan memperoleh k-rewards 3-4 juta, saya ogah mengamplopinya. Mending jajan setiap hari di soto Mang Karso-nya Engkong Felix!
Dengan lekas saya menjawab, kurang lebih: "..... untuk jumlah itu, saat ini dan dalam waktu dekat tidak siap dengan jumlah sebanyak itu..."
Tiada lagi balas!
Seingat saya, sewaktu masih bergaul dengan orang yang memiliki kemampuan spiritual, dalam menolong orang kesusahan mereka:
- Tidak mensyaratkan pembayaran. Pengobatan semata-mata sebab imbalan dapat melunturkan "ilmu" dimilikinya. Kalaupun ada yang memberikan uang, karena tulus.
- Tidak menyombongkan diri dengan mengklaim, pasien bisa sembuh. Menganggap dirinya sebagai perantara, di mana kesembuhan dipicu dan dipacu oleh mind set pasien semata.
- Biasanya, dalam beberapa kejadian, orang dengan "kelebihan" akan mampu membaca isi hati dan pikiran orang lain.
Jadi, kehadiran "orang sakti" yang kurang meyakinkan itu membuat saya bertambah tidak yakin dan bertanya-tanya, memang ada pengobatan alternatif yang mujarab?
Sampai saat ini saya tetap mengikuti program pengobatan medis, minum obat dengan teratur, terapi mandiri (gerakan dan jalan kaki), serta berusaha menghindari makanan yang seyogianya pantang.
Berusaha menghindari, bukan berarti tidak. Sesekali makan sate kambing agar tidak penasaran, asalkan tidak sering dan berlebihan.
Bagi saya, pengobatan alternatif yang manjur alias mujarab bin mustajab adalah:
- Berdoa kepada Maha Pemberi Kehidupan.
- Senantiasa menumbuhkan semangat hidup dalam diri.
- Belajar berpikir positif.
- Mengendalikan emosi negatif.
- Minum jamu.
- Meditasi, biarpun tidak rutin.
- Menerapkan teknik Reiki, kendati tidak begitu rajin (maafkan saya Bu Roselina Tjiptadinata dan Pak Tjiptadinata Effendi).
Begitu.