Mohon tunggu...
Budi Susilo
Budi Susilo Mohon Tunggu... Lainnya - Bukan Guru

Nulis yang ringan-ringan saja. Males mikir berat-berat.

Selanjutnya

Tutup

Diary Artikel Utama

Naik Sepur Kluthuk hingga Menumpang Gerbong Pos

28 September 2022   06:48 Diperbarui: 28 September 2022   15:01 2567
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Naik kereta api pada zaman dulu adalah tentang pengalaman yang sekarang hanya bisa dikenang.

Kereta api merupakan moda angkutan umum menyenangkan. Bagi saya. 

Memungkinkan untuk berjalan hilir mudik di dalam gerbong. Bisa merokok di bagian dekat WC.

Sepur Kluthuk

Kereta api ini benar-benar mengeluarkan api dan asap. 

Apabila menengok ke kepala kereta, muka akan hitam berkat asap hasil pembakaran kayu atau batu bara untuk memanaskan ketel. Uap memutar roda-roda besi.  Menghela kereta api di atas jalan besi.

Mungkin sekarang sebagian besar rel besi itu sudah tertutup aspal. Tertimbun tanah. Bahkan ditumpuki bangunan-bangunan.

Gerbong berwarna hijau tua. Dinding dan lantainya terbuat dari kayu (mungkin jati atau kayu keras kelas satu lainnya). Tempat duduknya dari rotan.

Sepotong ingatan yang berkelebat. Terkenang masa kecil naik kereta uap dari Bangkalan ke Kamal. Tahun 1970-an jarak sekitar 20 kilometer itu ditempuh menggunakan kereta.

Sepur Kluthuk yang juga menghubungkan sentra penambangan garam dan daerah penghasil tembakau Sumenep ke pelabuhan.

Dari ujung barat pulau Madura itu barulah orang dan barang menyeberang menuju pulau Jawa.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun