Begitu menghempaskan bokong pada kayu panjang, seperti biasa saya memesan segelas teh manis jambu. Sepotong pisang goreng mencelat dari mulut seorang emak-emak penasaran.
"Apa??? Teh manis jambu? Baru dengar."
Sejenak saya berpandangan dengan penjual yang sedang mengaduk. Tersenyum. Dengan tatapan penuh makna Teteh tersebut menyodorkan gelas besar berisi teh hangat.
Saya tidak terlalu suka menelan makanan minuman terlalu manis. Dalam kadar cukup saja. Kalaupun harus, ya makan seperlunya semisal keik, bolu, dan penganan yang dari sononya sudah manis. Tidak berlebihan.
Juga tidak memilih minuman kemasan yang biasanya sangat manis menurut ukuran saya. Apalagi minuman berkarbonasi. Tidak lah yau!
Lebih baik membeli air mineral dalam kemasan.
Di warung kopi akan memilih kopi hitam tanpa gula. Jika terpaksa menggunakan kopi saset, bubuk di dasar gelas sedikit diaduk. Tidak lebih dari tiga putaran. Demi memastikan bubuk kopi saset larut dalam air panas.
Namun umumnya saya memilih air putih. Bisa juga memesan teh hangat jambu, yaitu larutan teh diberi sedikit gula, sehingga rasa manis tidak begitu kuat. Ibarat rasa daging buah jambu air. Segar dengan manis samar-samar.
Manis samar-samar sedap dipandang seperti Teteh penjual teh.