Pagi yang panas. Sekembalinya dari pasar saya singgah sejenak di kedai langganan. Duduk. Tarik napas. Minum air putih hangat.
Dua orang yang lebih dulu mampir menyapa. Setelah berbasa-basi sebentar, saya memesan pecel tanpa lontong.
Sementara menyantap hidangan dengan aneka sayur rebus dibubuhi bumbu kacang ulek itu, ke dalam lubang telinga menghunjam silang pendapat sengit dua orang.
"Itu gejala penyakit lambung."
"Bukan!"
Perdebatan berakhir ketika salah satu pria meninggalkan arena dalam diam.
"Lambung, lambung.... Dasar sok tau! Ini mah masuk angin biasa," sungut pria satunya lagi.
Usut punya usut, pria paruh baya tersebut sempat mengalami keadaan pusing kepala yang hebat. Kliyengan. Dunia serasa berputar. Tidak sekali merasakan puyeng semacam itu, keluhnya.Â
Ia menduga akibat masuk angin. Bukan darah rendah, katanya lagi. Malahan terakhir diukur, tensinya tinggi, sehingga dokter puskesmas meresepkan obat penurun tekanan darah.