Tadinya mau berhemat. Tidak beli furnitur untuk mengisi rumah baru, tapi membuatnya kepada ahlinya. Eh kok malah tampak penuh sesak, bukan minimalis.
Pada suatu ketika yang sangat lampau, saya membeli rumah tipe 45. Luas bangunan, kalau tidak salah, 6x7,5 meter persegi. Luas tanah 80m2.
Terdiri dari dua kamar tidur. Satu kamar mandi. Zona keluarga bersambung dengan ruang tamu. Area memasak di samping yang di luarnya terdapat carport.
Untuk keluarga baru, cukuplah.
Namun mengingat rumah KPR itu bukan real estate, tidak serta merta ia dapat langsung dihuni. Ada penyempurnaan dan pemugaran:
- Memperdalam septic tank, karena tempat pembuangan bikinan pengembang kedalamannya kurang.
- Mempercantik carport yang hanya dilapisi semen (pelur).
- Mengganti cat dinding dan plafon dengan warna senada yang lebih cerah. Saya memilih warna putih doff cenderung krem untuk menghasilkan efek soft.
- Membangun pagar besi di depan dan tembok batu di belakang. Kiri kanan berhimpitan dengan dinding rumah tetangga.
- Menutup tanah di halaman belakang (lebar 1,2m) dengan keramik kasar.
- Mengganti semua handel pintu eksisting yang mudah patah.
- Dan beberapa perbaikan lainnya.
Setelah perombakan, yang ternyata menyedot biaya lumayan besar, barulah rumah layak dihuni. Tinggal mengisi perabotan.
Ada sumbangan dari kerabat, seperti tempat tidur, lemari pakaian, kompor gas, dispenser. Kulkas, televisi. Tinggal isi perlengkapan untuk ruang tamu.
Alkisah, ada kerabat yang merekomendasikan seorang pembuat perabot kayu. Ia biasa memasok furnitur buatannya ke toko mebel.
Dalam negosiasi saya menyampaikan, ingin mebel masa kini yang berkesan ringan, tidak "tebal" dan bergaya minimalis. Hal itu menimbang ruangan tersedia sangat terbatas.
Jadi, ada dua kelompok barang dibuat: kursi meja ruang tamu dan credenza untuk menempatkan TV, yang juga berfungsi sebagai lemari penyimpanan.