Pertanyaannya, bagaimana cara menyimpan obat agar tidak rusak?
Barang-barang yang dibuat secara kimiawi itu diperoleh berdasarkan instruksi dokter spesialis. Obat, vitamin, suplemen diresepkan masing-masing pas berjumlah 30 set tablet dan kapsul untuk 30 hari. Menjelang habisnya obat, saya berkonsultasi lagi dengan dokter. Maka berkunjung ke poliklinik adalah rutinitas.
Paling tidak saya tidak perlu lagi mengkhawatirkan ihwal kadaluwarsa. Namun demikian, saya mesti memperhatikan cara-cara penyimpanan dan pengelolaanya, sebagai berikut:
- Obat-obatan padat itu disimpan pada ruangan bersuhu sejuk dan kering.
- Jangan simpan di tempat yang suhunya berubah-ubah secara ekstrem, sehingga berpotensi mengurai bahan kimia aktif di dalam obat.
- Bila bepergian jauh, membawa obat-obatan secukupnya. Caranya, masing-masing strip obat digunting sebanyak perkiraan hari pergi/menginap, lalu ditempatkan dalam wadah. Tanpa membuka obat dari bungkusnya.
(Lebih lengkapnya dapat dibaca di sini)
Paling terakhir, jangan lupa menerapkan metode FIFO (first in first out). Obat pertama datang dikonsumsi lebih dahulu sampai habis, barulah pada hari berikutnya makan obat yang belakangan datang. Karena ada masa, ketika menebus resep, obat sebelumnya masih ada tiga sampai empat set. Sisa itulah yang lebih dulu dihabiskan.
Dengan cara-cara tersebut, sampai saat ini saya tidak menemukan adanya obat, vitamin, dan suplemen yang rusak atau berubah karena terurai.
Apalagi kadaluwarsa.
Ya iyalah, lha wong setiap bulan saya menebus obat, vitamin, dan suplemen yang baru.
Semoga bermanfaat.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H