Mohon tunggu...
Budi Susilo
Budi Susilo Mohon Tunggu... Lainnya - Bukan Guru

Nulis yang ringan-ringan saja. Males mikir berat-berat.

Selanjutnya

Tutup

Hobby Artikel Utama

Hobi Mobil Klasik Jangan Sampai Mengusik Kebutuhan Lain

17 April 2022   08:08 Diperbarui: 17 April 2022   12:35 1562
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foto BMW M40 oleh Matt Weissinger dari Pexels

Melalui media perpesanan, seorang sobat lama bertanya, "om Budi, BMW m40 masih ada?"

Sebutan "om" adalah panggilan di kalangan sesama penggemar otomotif. Tanpa memandang umur dan status. Biar satu sama lain tidak ada rasa segan.

Saya mengenalnya, dan kemudian menjadi akrab, ketika bertemu di acara balap di Sentul. Kesamaan hobi mempererat hubungan pertemanan.

Latar belakang pekerjaan bidang konstruksi membuat perbincangan lebih cair. Ia bekerja sebagai konsultan pengawas, saya biasa sebagai pelaksana proyek.

Begitu.

Saya menginformasikan bahwa BMW E30 keluaran tahun 1989 itu sudah berpindah tangan, perawatannya diteruskan oleh salah satu kerabat. Kendaraan bermotor beroda empat buatan Jerman itu merupakan BMW tipe 318i.

Selanjutnya pembicaraan membahas di sekitar dunia hobi memelihara mobil antik atau klasik.

Mobil digolongkan antik atau klasik bila berumur sangat lama. Beberapa penggemar menyebut bahwa mobil antik bisa berusia minimal satu abad. Mobil klasik adalah kendaraan populer pada zamannya, yang pada saat ini jarang terlihat berseliweran di jalanan.

Sebagian pengguna dan kolektor merestorasi mobil kepada keadaan semula. Atau sering disebut aliran vintage.

Sedangkan aliran retro klasik memodifikasi mobil lawas menjadi segar kembali, tidak ada karat, cat kinclong (boleh jadi tidak sewarna orisinilnya), dan mesinnya berperforma tinggi. Bahkan di Sentul ada lomba adu kecepatan mobil pra-1987 yang disebut balap retro.

Demikian sekilas keterangan mengenai mobil klasik yang meliputi berbagai merek terkenal.

Sobat tadi tertarik untuk membeli BMW klasik. Keinginan itu muncul setelah dalam beberapa hari terakhir ia melihat BMW M40 keren berseliweran.

Oh ya, hobi sebelumnya dari sobat itu adalah merawat Toyota Corolla DX 1980. Kemudian beralih ke mobil-mobil buatan Jepang yang lahir di tahun lebih baru.

Jadi, ia lebih banyak "bergaul" dengan kendaraan bikinan negara matahari terbit. Artinya, BMW klasik merupakan wacana mainan baru.

Memperhatikan hal tersebut, saya memberikan pandangan bahwa bila tidak longgar dalam keuangan sehari-hari, lupakan dulu membeli BMW klasik atau mobil klasik lainnya yang termasuk jarang. Biasanya harga perolehannya mahal. Kalaupun mendapatkan yang "murah", ongkos restorasi bisa menguras kantong.

Oleh karena itu, saya menyampaikan beberapa pertimbangan sebelum sobat itu membuat keputusan:

Pasarannya Gelap

Artinya harga perolehan item dengan kondisi prima sulit ditebak. Harga yang ditawarkan bisa jadi melampaui harga sebuah mobil kompak keluaran terbaru. Atau, kepada peminat bisa saja sang pemilik mobil klasik menjawab, "berani bayar berapa?"

Seperti seorang kawan yang hanya menggelengkan kepala, ketika VW Kodok tahun 1971 miliknya ditaksir seharga 100 juta rupiah. Nilai itu tidak menarik minatnya.

Butuh Biaya Restorasi Tidak Sedikit

Namanya mobil tua, kalau pun didapat dengan harga lebih murah, biaya perbaikan dan renovasi akan menyedot dompet. Tahun 2017, saya membayar jasa mengecat Suzuki Katana sejumlah 20 juta rupiah. Ongkos saja lho!

Overhaul atau penyegaran kembali mesin, bagian-bagian mekanik, dan kaki-kaki agar prima dan tidak gampang mogok.

Spareparts atau Aksesoris Langka dan Mahal

Kadangkala onderdil mobil klasik tidak tersedia di pasaran lokal. Alternatifnya, mencari di kalangan penggemar atau membeli ke pemasok/penyedia barang tersebut di luar negeri.

Harga barang yang bisa diperoleh di pasaran tidaklah murah. Contoh, "ekor itik" (ducktail) terbuat dari karet untuk bagasi belakang BMW M40 ditebus seharga empat jutaan.

Upaya Meningkatkan Performa dan Penampilan

Bila bernafsu untuk meningkatkan performa (tenaga, kecepatan, tampilan) mobil, biaya dikeluarkan bisa bertambah. Apakah dengan penggantian mesin (engine swap) atau menambah alat (performance parts) membutuhkan banyak biaya.

Demikian pula jika ingin meningkatkan penampilan. Agar kinclong, menggunakan merek cat merek tertentu yang biasanya berharga sangat mahal. Velg dipilih yang sesuai dengan mobil. Celakanya, untuk itu harus memilih lingkaran logam bermerek tertentu pula (misalnya: Tom's untuk Toyota, Alpina untuk BMW, Brabus untuk Mercedes, dan seterusnya).

Jadi, merawat mobil klasik merupakan hobi mahal yang apabila dituruti, dapat membuat kantong jebol. Bisa-bisa uang membeli beras terpakai untuk biaya restorasi dan perawatan.

Kecuali dilimpahi kelonggaran finansial, dalam arti: kebutuhan mendasar sudah terpenuhi, biaya sekolah anak tercukupi, dan bisa mencadangkan dana untuk keperluan di masa depan.

Dengan demikian, hobi merawat mobil antik (vintage), klasik, atau retro klasik bisa menjadi pilihan menyenangkan, bukan menyengsarakan. Jangan sampai kesenangan tersebut mengusik kebutuhan lainnya.

Mobil klasik merupakan kendaraan kedua atau ketiga, keempat, kelima, yang bisa diajak pelesir pada hari minggu sore yang cerah.

Seperti kata Diane Schuur dalam Louisiana Sunday afternoon di bawah ini.


HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Hobby Selengkapnya
Lihat Hobby Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun