Mereka bekerja sesuai arahan. Hal yang mengejutkan, sekaligus membuat terharu, tidak hanya taat menjalankan salat. Mereka juga menunaikan ibadah puasa dengan utuh. Amalan seperti makan sahur, berbuka tepat waktu, tarawih, dan membaca Alquran setelah tarawih.
Pekerjaan dilakukan seperti biasa. Tidak kendor, kendati mayoritas berhubungan dengan kegiatan fisik. Proyek dapat diselesaikan sesuai kontrak.
Uniknya lagi, untuk memenuhi kebutuhan makan sahur dan berbuka, mereka membeli makanan matang dari penjual keliling yang menggunakan sepeda motor. Pedagang yang khusus memasok kebutuhan makan para pekerja proyek dengan harga terjangkau.
Bayarnya dipotong dari gaji mingguan setiap hari Sabtu. Jadi, belanja pada hari-hari lain dicatat dalam buku.
Melihat ketekunan para pekerja dalam berpuasa tanpa mengurangi kualitas kerja, membuat senang. Terkadang saya membelikan nasi bungkus dari Rumah Makan Padang. Oh ya, nasi bungkus Padang adalah sebuah kemewahan bagi para tukang.
Demikian sekelumit kisah menjalankan ibadah puasa di tengah kerasnya pengerjaan proyek, berserta segala godaannya.
Meski terasa lebih terik dibanding bulan-bulan lainnya, semoga Ramadhan akan membakar dosa-dosa mereka yang sungguh-sungguh menunaikan ibadah puasa.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H