Ada beberapa restoran maupun gerobak yang saya temui menjual mi ayam dengan cara penyajian kaldu terpisah.
Namun, perkara rasa enak antara mi ayam nyemek dan mi ayam pisah kaldu pada akhirnya terpulang kepada selera.
Baca juga:Â Lebih Enak Mana, Mi Ayam Nyemek atau Mi Ayam Pisah Kaldu?
Beberapa kali jalan kaki melalui jalan kecil menuju pasar, saya menyaksikan sebuah gerobak mi ayam, terletak di dalam halaman terbuka satu rumah model lama. Senantiasa ramai pembeli.
Sepulang dari Pasar Anyar, Kota Bogor, saya mampir. Letaknya tidak jauh dari restoran mi ayam kampung di Ciwaringin. Saya ingin menebus rasa penasaran meronta-ronta di dalam dada.
Penjualan mi ayam dimulai dari pukul tujuh pagi, tutup sak lakunya, maksimal jam 13.30 siang. Dua bersaudara itu biasanya membawa 5 kg mi (ekuivalen 55-60 porsi) dan hampir 5 kg ayam yang diolah menjadi topping.
Tidak terlalu banyak kecap. Berwarna cenderung alami, sepertinya hanya dibubuhi sedikit kecap, dan tidak manis seperti semur. Gurih daging ayam lebih terasa.
Topping ayam ditambahkan bersama irisan daun bawang di atas gumpalan mi yang mengepul. Di dalam mi ayam nyemek terdapat sayur sawi dan dua potong pangsit rebus.
Jumlah mi lebih banyak daripada yang diberikan oleh tukang jualan mi lainnya. Mi ayam porsi besar!
Seporsi mi ayam terasa mengenyangkan untuk camilan di antara makan utama. Rasanya pun enak, meski saya meminta tidak menggunakan micin dalam racikannya.
Tidak mengherankan jika penjual mi ayam pinggir jalan itu selalu ramai pembeli, terutama pada waktu makan siang.
Harganya?