Lantaran satu petisi, maka wadah dunia untuk perubahan itu kerap mengirimkan ajakan yang lain. Tak harus ditandatangani semua, kita bisa menyeleksinya.
Platform digital tingkat dunia itu mewadahi kampanye, penghimpunan pendukung, dan mendesak pihak pemegang kepentingan, atau pengambil keputusan, untuk mencari solusi atas sebuah permasalahan.Â
Petisi disampaikan bisa menyangkut tentang: kebijakan/aturan yang dianggap keliru, mahalnya minyak goreng, keadilan, dan banyak perkara lainnya.
Penanda-tangan gugatan terhadap sebuah fenomena atau suatu kebijakan itu, sepengetahuan saya, bisa mencapai ratusan ribu orang.
Melalui email juga, sebuah organisasi mengirimkan pertanyaan-pertanyaan. Kuesioner merupakan pertanyaan terstruktur sebagai bahan penelitian kualitatif atau survei. Hasilnya dicatat, diolah, dan dianalisis secara seksama.Â
Responden terpilih bisa saja merupakan sampel yang sekiranya bisa mewakili karakteristik seluruh warga sebuah negara.
Paling besar adalah Sensus Penduduk Indonesia meliputi seluruh penduduk terdaftar. Dilakukan dalam jangka waktu panjang dan melibatkan tenaga-tenaga profesional.
Selain disebarkan melalui surel, survei juga disampaikan ke sosial media, dan disisipkan pada website. Kompasiana pun memanfaatkan media tersebut dalam melakukan survei.
Seperti halnya big data yang disampaikan oleh Luhut Binsar Panjaitan beberapa waktu lalu. Mestinya ia merupakan hasil survei serius: dicatat, diolah, dan dianalisis secara seksama.
Big data merupakan hasil pemaknaan dari isi percakapan 110 juta orang di media sosial yang mendukung penundaan Pemilu 2024. Menanggapi tudingan sejumlah pihak yang meragukan validitasnya, Luhut bersikukuh bahwa big data tidak mengada-ada (sumber).