Langit cerah. Biru dengan sedikit awan putih. Menyilaukan. Matahari benderang di atas ubun-ubun.
Siang musim kemarau panasnya njepret. Kerongkongan kering kerontang.
Dalam situasi begitu, enaknya menyeruput minuman segar, tapi gak bikin kantong bolong.
Rolling door toko yang biasa menjual minuman dingin, tutup. Selain pedagang soto, di halaman parkir sebuah masjid hanya terdapat penjual es loder. Tiada pilihan lain.
Es loder? Seperti apa penyajian dan rasanya?
Di atas gerobak sederhana tanpa "kepala" berwarna cokelat kayu, terletak tiga toples beling berisi biji salak, gula merah cair, dan santan. Satu panci berisi pacar cina. Satu termos di sebelahnya berisi hancuran es batu. Di dalam wadah lain terdapat semacam agar-agar berwarna hijau pandan.
"Itu adalah Loder," ujar Mang Penjual.
Ah, itulah mengapa jajanan ini dinamakan Es Loder. Rupanya ia tokoh utama dalam semangkuk racikan minuman menyegarkan itu.