Akan tetapi, diperlukan biaya penyelenggaraan yang amat banyak, seperti: pembangunan stand/booth/tenda pameran, biaya juri, honor artis, dan sebagainya. Sumber dana diperkirakan diperoleh dari donatur, sponsor, penjualan tiket, sewa stand.
Masih banyak kekurangan. Kemudian terpikir meminta sumbangan kepada Kedubes, mengingat keterkaitan di bidang kebudayaan. Harapan terbesar di baliknya adalah: sumbangan berupa dana atau barang untuk mendukung kegiatan. Hahahaha.
Biar keren, proposal dan surat-surat dialih-bahasakan ke dalam bahasa Inggris. Padahal, sebetulnya dengan Bahasa Indonesia yang baik dan benar orang-orang Kedubes pasti sangat mengerti isinya.
Tanggapan perwakilan negara-negara sahabat umumnya sangat baik, termasuk negara Soviet (waktu itu masih ada) beserta sekutu-sekutunya. Namun berdasarkan konsultasi dengan pihak Kemenlu, akhirnya diputuskan untuk tidak menerima sumbangan dari Soviet dan sekutunya. Pertimbangan politis.
Sumbangan berupa buku-buku, materi promosi negara-negara sahabat, dan peralatan display kami terima, berikut petugas penjaga. Tetapi tidak satupun perwakilan negara asing itu memberikan donasi dalam bentuk uang dan barang dibutuhkan untuk pameran.
Kisah Kedua. Berdasarkan pengalaman tersebut di atas, rekan-rekan mahasiswa KKN dan saya membuat proposal kepada Kedubes. Isinya, permintaan buku untuk mengisi perpustakaan desa. Pustaka tersebut berupa materi promosi negara-negara sahabat, tapi lumayan untuk menularkan pengetahuan tentang dunia luar kepada warga desa.
Selengkapnya dapat dibaca di:Â Pembangunan Perpustakaan Tetap Berlanjut Meski Dana Disunat
Berdasarkan gambaran di atas, dapat disimpulkan bahwa, setiap permintaan sumbangan dari masyarakat ke Kedubes akan diterima dengan baik-baik saja. Boleh saja mengajukan permintaan sumbangan.
Mereka akan menanggapinya dalam kerangka kerja sama pendidikan dan kebudayaan antar kedua negara. Antar masyarakat kedua negara. Muatan promosinya lebih kental. Jangan berharap, akan memperoleh sumbangan uang atau barang yang kita tentukan.
Barangkali mereka yang berkecimpung di ilmu atau dunia diplomasi lebih mengerti.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI