Mohon tunggu...
Budi Susilo
Budi Susilo Mohon Tunggu... Lainnya - Bukan Guru

Best in Citizen Jounalism dan People Choice Kompasiana Awards 2024, yang teteup bikin tulisan ringan-ringan. Males mikir berat-berat.

Selanjutnya

Tutup

Kurma Pilihan

Meletakkan Positioning dengan Menambah Skill Ini

15 April 2021   07:19 Diperbarui: 15 April 2021   07:44 1048
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Skill, ilustrasi oleh PCB-Tech dari pixabay.com

Saya memakai cara pandang berbeda, barangkali dengan itu dapat ditarik suatu gambaran lain.

Merujuk kepada Collins Dictionary, kata skill dimaknai secara bebas, sebagai:

  1. Kata yang dapat-dihitung, berarti: sebuah ragam pekerjaan atau aktivitas yang memerlukan pelatihan dan pengetahuan khusus.
  2. Kata yang takdapat-dihitung, di mana skill merupakan pengetahuan dan kemampuan yang memungkinkan Anda melakukan sesuatu dengan sangat baik.

Rupa-rupanya kata skill (bahasa Inggris) telah menjelma menjadi ujaran kekinian. Mungkin biar keren. Sementara di dalam bahasa Indonesia ia berarti: keahlian, ketrampilan, kecakapan, kebolehan, kepandaian, dan seterusnya.

Memahami itu, bagi saya yang sudah tidak bekerja, serta memiliki keterbatasan fisik dan kemerosotan kemampuan pikir, tidak usah puyeng lagi menentukan tujuan yang sesuai. Tidak perlu berkeringat.

Maka, target penambahan skill, eh, kemampuan selama Ramadhan bagi saya adalah: menambah pengetahuan teoretis tentang kegiatan menulis.

Saat ini kegiatan menulis merupakan pengisi waktu sehari-hari, tanpa dilandasi teori tentang perancangan karya tulis, kecuali sedikit pengetahuan tentang bahasa Indonesia. 

Pengalaman saya di bidang tulis menulis pun amat minim. Juga tidak ada tema spesifik yang menjadi perhatian saya. Pokok'e nulis.

Dari mana sumber teori tulis menulis? Bagaimana menguantifikasi pencapaian target itu?

Saya kira pengetahuan teoretis tentang tulis-menulis secara melimpah bisa saya peroleh dari para guru di Kompasiana, seperti: Mbak Nazar, Mas Khrisna Pabhicara, Ayah Tuah, Bang Zaldy Chan, Edward Y Horas, dan seterusnya yang tidak bisa saya sebutkan satu persatu.

Bisa juga belajar dari webinar tentang kepenulisan, yang akhir-akhir ini saya ikuti.

Untuk mengukur tingkat pencapaiannya juga mudah, yaitu dengan mengidentifikasi keterbacaan atas artikel dibuat.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kurma Selengkapnya
Lihat Kurma Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun