Ternyata cerita kakek bukan rekaan. Kuda tanpa kepala dengan penunggang berpedang panjang berkilau ditimpa sinar bulan purnama memang ada.
Ingatan melayang, tentang kisah kuda tanpa kepala dengan penunggang yang akan menculik anak-anak enggan tidur.
Jadilah malam berbulan purnama, malam yang seharusnya indah untuk bermain bersama teman, terkubur di bawah selimut. Sejatinya tiada satu jua para teman yang keluar rumah pada saat itu.
Ketika bulan berada pada puncak terang, kakek melarangku keluar rumah.
"Di luar banyak kuda tanpa kepala. Penunggangnya adalah pemilik pedang paling panjang yang pernah kakek lihat."
Cerita kakek, pasukan penunggang kuda itu akan menculik orang yang masih berkeliaran. Sekali diculik, maka ia tidak akan pernah kembali.
Bahkan mayatnya pun raib entah ke mana. Beredar kabar bahwa tubuh kaku yang sudah ditebang batang lehernya dimasukkan ke dalam karung, diikat batu sebesar kepala, lalu dilemparkan ke laut. Tenggelam dicabik-cabik ikan.
Ada pula yang, katanya, menyaksikan, mayat-mayat bertumpuk-tumpuk dikubur di dalam sebuah lubang besar.
Kabar angin demikian santer beredar, namun yang jelas tiada satu pun dari jenazah bisa diurus secara wajar. Keluarganya enggan membicarakannya.
"Jadi? Ayah....?"
"Tidurlah!"