Kecemerlangan itulah yang menarik perhatian manajemen perusahaan sejenis.
Sesungguhnya saya mengenal baik General Manager (GM) kafe yang belum lama berdiri tersebut. Dengan itu, bisa saja saya menutup peluang, agar pegawai berprestasi dimaksud tidak pindah.
Saya membolehkan gadis berwajah khas wanita Indonesia itu untuk resign, dengan pertimbangan sebagai berikut:
- Perusahaan tujuan dianggap lebih baik. Kebetulan, kafe baru itu lebih besar dan dimiliki oleh pemodal yang bonafid, sehingga keberlanjutan usahanya terjamin.
- Sebaiknya tidak mengundurkan diri, jika hanya pindah perusahaan dengan kedudukan yang sama, meskipun mendapatkan tawaran gaji dan tunjangan lebih tinggi. Lebih baik menekuni karier di tempat asal.
- Apabila tempat tersebut menawarkan posisi yang lebih tinggi dibanding tempat semula, yang otomatis memperoleh renumerasi lebih baik pula. Saya rela melepaskannya, kendati dengan hati teriris. Hiks.
Ternyata tenaga pemasaran itu memperoleh tawaran untuk mengisi jabatan Marketing Manager. Untuk itu saya mengijinkannya resign dan segera memberikan Surat Referensi sebagaimana mestinya.
Sampai dengan beberapa waktu kemudian, terinformasi bahwa prestasi pegawai itu semakin cemerlang. Hal ini diperkuat oleh pernyataan atasannya, GM yang lulusan lembaga pendidikan perhotelan (dahulu dikenal sebagai NHI) itu.
Jadi, paparan di atas menegaskan, bahwa resign diajukan dengan terlebih dahulu menimbang: penawaran di perusahaan lain memberikan posisi dan tanggung jawab lebih tinggi, bukan sekadar gaji lebih besar, tetapi posisi tetap sama.
Demikianlah pandangan disampaikan, semoga bermanfaat.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H