Ujung harap dari bisnis ada dua, untung dan rugi. Berkegiatan usaha bersama teman maupun sahabat akan menentukan relasi, untung berlanjutan dan buntung berkepanjangan.
Kegiatan usaha adalah memanfaatkan sumber-sumber ekonomi demi menghasilkan untung sebesar-besarnya. Secara garis besar, kegiatan usaha meliputi:
- Penyediaan jasa (konsultan, sektor konstruksi, dokter, pengacara),
- Penyediaan barang (perantara, suplier, toko), dan
- Kombinasi dari keduanya (restoran, industri manufaktur)
Entitas usaha itu bisa berbentuk perorangan dan perkongsian dengan ikatan lisan, tertulis, dan tersirat secara notariat dalam sebuah akta badan hukum.Â
Tentu saja perkongsian atau persekutuan usaha tersebut memiliki konsekuensi hukumnya masing-masing. Umumnya ia dibentuk demi memperkuat posisi tawar dalam belukar persaingan yang memerangkap sekaligus memikat.
Nah, enterpreneur mesti mencermati sifat hubungan usaha itu, agar kelak diperoleh keuntungan berkelanjutan. Bukan malah buntung berkepanjangan.
Pengalaman Berkongsi dalam Usaha
Sebelum ditangkap, seorang pejabat pemerintah menawarkan sebuah bisnis kuliner dengan harga miring, Rp 250 juta dengan taksiran harga pasaran lebih dari dua kali lipat. Setelah bongkar celengan, ternyata kemampuan finansial saya tidak cukup menutup tawaran tersebut.
Untuk itu saya mengajak teman baik, berpatungan untuk mengatasinya. Akhirnya lima orang bersekutu: Pengusaha importir beras sekaligus pembalap angkatan lama; Pemilik sebuah Bengkel Resmi Mobil Timor; Pemilik Biro Arsitek; Profesional bidang Advertising; dan saya sendiri sebagai pecahan beling.
Kecuali saya, tidak ada yang berlatar belakang bisnis hospitality kan?
Restoran yang terletak di Mezzanine sebuah gedung di Jalan Kuningan, Jakarta, saya benahi sedemikian rupa. Bertahap, penjualan meningkat.Â