Mohon tunggu...
Budi Susilo
Budi Susilo Mohon Tunggu... Lainnya - Bukan Guru

Best in Citizen Jounalism dan People Choice Kompasiana Awards 2024, yang teteup bikin tulisan ringan-ringan. Males mikir berat-berat.

Selanjutnya

Tutup

Music Pilihan

Gelora Asmara, Lagu Musik 90s yang Asyik Buat Nge-DJ

9 Januari 2021   08:57 Diperbarui: 9 Januari 2021   09:00 1951
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sebagian orang melabeli dekade menjelang tahun 2000 sebagai kejayaan musik 90s. Ditandai dengan lahirnya beraneka genre lagu dari musik 90s yang masih enak didengar sampai sekarang.

Pada senja yang masih muda, seorang gadis berkacamata minus mendatangi tempat kos. Wanita bermata indah itu meminta agar saya menerjemahkan lirik lagu dari Bryan Adams '(Everything I do) I do it for you'. 

Don't tell me it's not worth tryin' for, You can't tell me it's not worth dyin' for

Ah, hati siapa tidak runtuh, mendengar suara merdu nan sendu. 

Corat-coret sebentar, jadilah hasil terjemahan yang kemudian dibayar dengan sebuah kecupan manis di pipi. Kelanjutannya akan dikisahkan dalam artikel lain. Jika sempat.

Lagu-lagu populer tahun 90an juga diputar di sirkuit Sentul. Lantunan suara dari kelompok musik Java Jive dan Sheila on 7 pada jeda Night Race (gelaran balap mobil drag pada malam hari) tahun 1995 masih menggema di dalam ingatan sampai kini.

Sampai tahun 2005-2006, musik 90s, selain masih asyik didengarkan, juga saya gunakan untuk nge-DJ. Bagaimana ceritanya?

Sebetulnya waktu itu, di kalangan clubber atau penikmat dugem di Jakarta selera musik sudah bergeser ke lagu-lagu berirama cepat. Hip-hop, house, techno, ambient, dan trance music adalah contoh-contohnya.

Nada-nada bertempo 135-150 beat per-minute (BPM) itu dimainkan oleh para disc jockey (DJ), memacu jantung pengunjung kafe, bar, dan diskotek untuk menari liar di lantai dansa. Seolah menyeru, "let's dance 'till dawn, enjoy the music!"

Termasuk di bar yang saya kelola. Home DJ memutar piringan hitam dan compact disc, melantunkan musik berirama cepat mengiringi tamu menikmati malam penuh kegembiraan. Melupakan sejenak rutinitas.

Suatu ketika, home DJ andalan absen. Pegawai yang khusus digaji untuk menghadirkan ambiens perayaan itu sakit. Menyetel musik secara playback dirasakan kurang "nendang" oleh para pelanggan.

Menyiasati suasana yang cenderung hampa itu, saya turun tangan. Mendadak menjadi DJ!

Profesi DJ bukanlah keterampilan yang bisa didapatkan dalam semalam, tetapi berkat ketekunan melalui latihan rutin. Untuk itu perlu sekolah khusus DJ.

Apa boleh buat? Tiada rotan, DJ dadakan pun jadi. 

Saya membutuhkan waktu sejenak untuk memilah piringan hitam dan CD dan memilih lagu yang sesuai.

Ketemulah album lagu dari Michael Jackson (Black or White-1991), MC Hammer (U Can't Touch This-1990), Madonna (Vogue-1990), C+C Music Factory (Gonna Make You Sweat-1990), Fun Factory, Vanilla Ice, Robert Palmer, dan masih banyak lagi.

Tidak hanya lagu barat, juga kumpulan lagu Indonesia yang remixed enak menjadi musik pengiring, seperti: Berharap Tak Berpisah (Reza Artamevia), Bagaikan Langit (Potret) dan seterusnya.

The show must go on. Dengan susah payah, saya akhirnya bisa menghibur tamu, meskipun perpindahan dari satu lagu ke lagu lain kerap meleset. 

Ia seharusnya dihitung dulu 8 bar untuk menyamakan tempo antar dua lagu dengan memutar tombol tertentu pada mesin DJ, barulah pergantian lagu bisa berlangsung dengan mulus. Tidak "melompat" dan mengagetkan orang yang sedang berdansa.

Namun dari kesalahan itu saya mendapatkan pemahaman, bahwa ada saatnya untuk menurunkan tempo secara mendadak. Dalam musik dikenal sebagai over-tune, irama atau juga genre yang berbeda dengan sebelumnya.

Menurunnya tempo lagu yang tiba-tiba, ternyata mendinginkan suasana "panas" yang hura-hura menjadi "dingin", dimana pengunjung beristirahat dan kembali memesan minum. Lha ini tujuan saya. Hehehehe.

Lagu favorit yang saya gunakan untuk chilled out adalah "Gelora Asmara" dari grup band Groove Bandit (1994), yang digawangi Igor Nainggolan, Musi Nainggolan, dan Budi PM. Lagu ini kemudian dipopulerkan lagi oleh Derby Romero.

Temponya berada di kisaran 115-120 BPM, berirama soul dengan ketukan bassline-nya merangsang untuk bergoyang dari awal hingga akhir lagu, kendati sambil duduk, juga bagi pasangan (entah sah atau tidak) yang masih di lantai dansa berpelukan mesra.

Lagu Gelora Asmara amatlah menyenangkan (groovy), mengiringi goyangan atau dansa dengan gerakan lembut sekaligus sebagai pendingin, pereda (chill out) dari suasana dansa yang panas.

Dengan demikian, saya menganggap lagu Gelora Asmara asyik untuk nge-DJ pada zamannya dan tetap berenergi untuk didengarkan sampai sekarang.

Sejak peristiwa itu, selain dijuluki sebagai "Bapak Dugem se-Jakarta", saya pun didaulat sebagai DJ Classic Disco. Memalukan, jika ingat hal itu. 

Simak lagu "Gelora Asmara" dari Groove Bandit di bawah ini.


Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Music Selengkapnya
Lihat Music Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun