Kita, umumnya, mendambakan hidup dalam keadaan "merdeka secara finansial dan waktu", bukan yang penuh dengan tekanan dan hambatan.
Mereka yang telah mencapai kebebasan finansial menikmati waktu dengan berkumpul bersama keluarga, berwisata ke mana pun yang disenangi, makan-makan, bersahabat dengan siapa saja, dan kegiatan lain yang membahagiakan diri.Â
Kebebasan waktu adalah bagi mereka yang meraih kebebasan finansial sehingga tiada waktu lagi untuk berlaku negatif.
Sebaliknya, sebagian orang sering membicarakan, kemudian merasa iri hati atas keberhasilan orang lain, dibanding berkaca melihat persoalan hidup diri sendiri.Â
Kebosanan menghadapi kesulitan hidup terus-menerus, kadang membuat seseorang putus asa lalu memunculkan perbuatan negatif, seperti: bergunjing membahas orang lain, berkeluh-kesah, kebencian, ujaran takelok didengar, berpangku-tangan, meratapi nasib, dan seterusnya.
Semua adalah keluaran dari ambruknya semangat hidup juga rasa putus asa karena terkungkung oleh dinding pembatas berupa kesulitan hidup. Seperti saya. Hmmmmm.
Sebetulnya bagaimana sih cara mereka meraih kebebasan finansial (financial freedom) dan kemudian menikmati waktu setelahnya (time freedom)?
Gampangnya, kebebasan finansial diperoleh ketika memiliki cukup tabungan, investasi, dan uang tunai untuk mengenyam kehidupan kita serta keluarga juga pemenuhan gaya hidup tanpa dikekang oleh pikiran tentang utang maupun cara mencari penghasilan setiap waktu.
Adalah sepasang kekasih, yang juga penulis paling aktif di platform Kompasiana, menularkan ilmu tentang financial freedom and time. Bukan hanya itu, tetapi juga memancarkan mata air pelajaran hidup yang tidak akan pernah ada habisnya digali.
Pak Tjiptadinata Effendi dan Bu Roselina Effendi merupakan dua sejoli yang sama-sama lahir pada tahun 1943, juga Kompasianer aktif, yang menggambarkan teladan kemerdekaan finansial dan waktu.Â