Manakala masih muda, seyogyanya berinvestasi agar di masa lansia tidak didera persoalan, semisal masalah kesehatan.
Umumnya, investasi diterjemahkan sebagai tindakan untuk memanfaatkan waktu, uang, atau tenaga demi keuntungan dan atau manfaat pada masa depan (disunting dari wikipedia.org).
Di pasaran banyak tersedia instrumen investasi yang bisa dipilih. Tingkat risikonya pun berbanding lurus dengan profit margin diharapkan. Keuntungan yang ditawarkan besar, maka risikonya pun tinggi.
Tindakan di atas berkaitan dengan penempatan harta lancar pada instrumen investasi tertentu.
Namun bagaimana pemahaman secara harfiah tentang investasi waktu atau tenaga? Mengapa sebaiknya kita melakukan investasi waktu dan tenaga sebelum mencapai usia lanjut usia (lansia)?
Menurut Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 43 Tahun 2004, lanjut usia adalah seseorang yang telah mencapai usia 60 (enam puluh) tahun ke atas (kemenkes.go.id).
Berdasarkan hitungan tersebut, saya masih tergolong berusia muda: 27 tahun! Tiga puluh tahun yang lalu.
Sebelum mencapai usia 30 tahun, saya berada di dalam lingkungan pekerjaan yang menuntut konsentrasi, intensitas, dan kualitas tinggi dalam mencapai hasil. Tuntutan itu membuat saya kerap lembur yang semakin lama semakin meningkat.Â
Selama waktu itu, saya jarang melihat matahari sore. Seringnya pulang ketika malam paling pucuk, bahkan beberapa kali tiba di rumah saat pagi masih menghitam, berbaring sebentar, lalu pada pukul 8 pagi berangkat ke kantor atau ke luar kota. Kalaupun pernah pulang sore, saya membawa berkas pekerjaan ke rumah.Â
Untungnya, waktu-waktu akhir pekan dan tanggal merah masih bisa berkumpul dengan keluarga.
Pada periode berikutnya, berkecimpung di dunia konstruksi membuat saya kian "rusak", di mana waktu untuk beraktivitas terasa kian menyempit. Padahal "waktu" tidak pernah berubah, dari dulu sampai nanti pun tetap begitu. Kesibukan kita lah yang membuatnya ketat.
Selama sepuluh tahun terakhir, saya tidak mengenal weekend maupun tanggal merah. Libur adalah ketika para pekerja proyek tidak bekerja di sekitar perayaan hari raya, tahun baru, dan agustusan.Â
Pun rentang waktu tidak ada proyek diisi dengan kesibukan untuk lobbying, mengadakan jamuan (entertain) kepada pejabat-pejabat instansi pemerintah, dan segala hal yang berkaitan dengan proyek.
Menyusun dokumen penawaran, mengawasi pengaspalan jalan dalam semalam, pengecoran bangunan, membuat laporan, menghadapi pemeriksaan BPK, dan hal lain yang berkaitan dengan proyek, dibarengi bersitegang dengan oknum-oknum anggota ormas dan aparat yang meminta bagian, adalah perkara-perkara yang membuat saya sakit kepala.
Soal makan? Jangan ditanya, yang pasti seketemunya. Lupa makan adalah makanan sehari-hari.
Sibuk yang menumpuk, emosi meletup, perjalanan panjang, waktu istirahat yang kurang, pikiran tegang, seketika semua musnah dalam waktu sekejap.Â
Berganti dengan istirahat yang panjang, diakibatkan tersumbatnya aliran darah ke kepala secara mendadak. Keterlambatan penanganan telah melenyapkan kemampuan untuk berkegiatan dan berpikir secara normal.
Namun sebaliknya, saya merasa bersyukur telah terbebas dari kesibukan yang, ternyata, selama itu sangat menyiksa.
Belajar dari pengalaman di atas, saya menyarankan (memberikan nasihat) kepada sidang pembaca yang masih berusia muda, atau yang merasa muda, agar menginvestasikan waktu dan tenaga, sebagai berikut:
- Patuhi Ketentuan Jam Kerja
Bagi yang bekerja, telah ditetapkan waktu kerja selama 40 jam seminggu. Kalaupun melebihi jam kerja, ada peraturan lembur yang membatasi. Alternatifnya, dapat memanfaatkan sistem aplusan, shift, juga pendelegasian wewenang. - Cukupkan Istirahat
Diluar jam kerja, gunakan waktu untuk berkumpul dengan keluarga, beristirahat, dan kegiatan yang tidak menyita pikiran. - Tidak Membawa Pekerjaan ke Rumah
Semua pikiran tentang pekerjaan sebaiknya tidak dibawa ke rumah. Jika bisa bekerja efektif dan efisien, maka pekerjaan cukup di ruang kantor. Pengalaman membuktikan, membawa pekerjaan ke rumah tidak akan menambah apa-apa. - Biasakan Dengan Asupan Sehat
Makan dan minum pada waktunya merupakan kunci kesehatan. Asupan itu pun dipilih yang menguatkan, bergizi, dan me-refresh tubuh kita, tetapi tidak berlebihan mengonsumsinya. - Bebaskan Diri dari Pikiran Ruwet
Makanan adalah pemicu seseorang menjadi terganggu kesehatannya. Sedangkan pikiran ruwet adalah peluru yang membunuh kesehatan. Ia lah penyebab sesungguhnya terhadap kesehatan seseorang. Membebaskan diri dari pikiran ruwet, apa pun itu, akan membuat kita semakin sehat.
Waktu dan tenaga adalah intangible assets yang tidak ternilai harganya.Â
Dengan demikian, 5 strategi atau cara menginvestasikan waktu dan tenaga, dalam arti memanfaatkan kedua harta itu secara bijaksana akan menjaga kesehatan sampai tiba saatnya usia mesti dikembalikan kepada Yang Maha Punya.
Menginvestasikan waktu dan tenaga dapat dimulai selagi masih muda dan sehat, tidak perlu menunggu menua, agar pada saat lansia tetap aktif.
Jangan sampai bangunan terbakar menjadi abu, tetapi baru terpikirkan upaya-upaya untuk mencegah kebakaran.Â
Jangan sampai saat lansia penyakitan, tetapi baru terpikirkan upaya-upaya pencegahan penyakit.
Semoga bermanfaat.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H