Mohon tunggu...
Budi Susilo
Budi Susilo Mohon Tunggu... Lainnya - Bukan Guru

Best in Citizen Jounalism dan People Choice Kompasiana Awards 2024, yang teteup bikin tulisan ringan-ringan. Males mikir berat-berat.

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Kilat Bola Mata Beningmu

5 Desember 2020   19:54 Diperbarui: 5 Desember 2020   20:03 147
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gambar dari Tebing Keraton (dokumen pribadi)

Kilat bola mata redup takut menebas belantara hidup, menatap kalut ranumnya senja di pucuk pinus, mengendapi selasar perdu beronak, lalu terjerembab, terkapar gemetar terkoyak-koyak dinginnya malam misterius.

Tahukah engkau?

Sesungguhnya malam menghamparkan kelam berselimut hening menenteramkan pikiran genting, membiuskan tenang demi melontarkan atma mengarungi kesejatian.

Demikian agar sang pemenang bangkit meninggalkan pecundang, berlari mengejar harapan, melompati bebatuan terjal dan terus berlari menuju puncak kehidupan.

Di sanalah terbentang asa, sunyi menyuluhi kelam, bara mengobarkan semangat, api berpendar mewujud pelangi, menghangatkan sepi bersama kilat bola mata beningmu.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun