Kilat bola mata redup takut menebas belantara hidup, menatap kalut ranumnya senja di pucuk pinus, mengendapi selasar perdu beronak, lalu terjerembab, terkapar gemetar terkoyak-koyak dinginnya malam misterius.
Tahukah engkau?
Sesungguhnya malam menghamparkan kelam berselimut hening menenteramkan pikiran genting, membiuskan tenang demi melontarkan atma mengarungi kesejatian.
Demikian agar sang pemenang bangkit meninggalkan pecundang, berlari mengejar harapan, melompati bebatuan terjal dan terus berlari menuju puncak kehidupan.
Di sanalah terbentang asa, sunyi menyuluhi kelam, bara mengobarkan semangat, api berpendar mewujud pelangi, menghangatkan sepi bersama kilat bola mata beningmu.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H