Seminggu dua minggu pertama, para mahasiswa nan gagah perkasa masih disambut dengan penuh harap oleh warga dan dibicarakan dalam forum-forum khotbah Jum'at.
Namun lama-kelamaan 6 orang mahasiswa KKN merasa lemas, apa yang telah ditetapkan sebagai program kerja hanya bagus di atas kertas. Rencana strategis yang penuh landasan teoritis sangat cemerlang secara konseptual, namun tidak practical, tidak dapat dikonkretkan di lapangan. Program "grandeur" itu ternyata sulit diterapkan pada kenyataannya.
Menyadari itu, kami menyesuaikan diri dengan keadaan setempat dan kemampuan diri. Berdasarkan pengamatan dan apa yang dirasakan terhadap situasi di lapangan, program kerja dimodifikasi --tepatnya dirombak total-- agar lebih aplikatif.
Tidak soal manakala program KKN menjadi recehan, tetapi yang penting bisa langsung mengena kepada sasaran dan dirasakan langsung manfaatnya oleh warga setempat, di antaranya:
- Pembangunan sarana air bersih. Sumur warga cenderung kurang baik, karena rembesan dari waduk membuat air keruh. Solusinya, mengalirkan air dari sumber di perbukitan menggunakan pipa bambu yang ditampung dalam bak semen besar.
- Membuat perpustakaan desa, karena dana pengadaan buku perpustakaan disunat oleh pihak kabupaten.
- Sebagian mahasiswa menjadi tenaga pengajar sementara di satu-satunya Sekolah Tsanawiyah (setara SMP) sebagai pengganti ketiadaan guru, yang siswinya kian berkurang akibat pernikahan dini.
Sebaliknya, kami Mahasiswa KKN lebih banyak menerima pengalaman berharga dari warga, misalnya:
- Peningkatan berbahasa lokal secara lebih halus.
- Pemahaman kultur dan dinamika pergaulan masyarakat setempat yang penuh tata krama yang santun.
- Makanan sehari-hari yang sederhana, seperti ikan, lalapan, sambal yang membuat berat badan saya meningkat selama KKN.
- Kegiatan ibadah yang lebih intens dan rutin dilakukan bersama warga.
Paling tidak, pembentukan cara berpikir saat kuliah bisa dimanfaatkan untuk melaksanakan pengabdian kepada masyarakat.
Latarbelakang keilmuan relatif tidak banyak digunakan, walaupun kebisaan bernalar lumayan digunakan dalam menyikapi kehidupan sehari-hari. Lebih terasa sebagai kegiatan liburan di desa sambil menyesuaikan diri dengan budaya setempat.
Dengan bertumpu kepada kisah di atas, dapat diambil kesimpulan, bahwa program strategis berlandaskan pendekatan teoritis, meski bersifat multi disiplin, terkadang hanya berlaku sebagai pajangan konseptual saja dan sulit diaplikasikan di lapangan.
Sementara itu, pengalaman selama di desa (lapangan) menjadi pelajaran yang jauh lebih berharga. Itu barangkali pentingnya KKN bagi mahasiswa.
Apa para calon pejabat publik perlu "KKN" juga ya?
Sumber rujukan: Waduk Saguling