Saya dijamin secara lisan, bahwasanya anggaran untuk itu sudah tersedia. Urusan administrasi bisa belakangan. Dengan itu Saya berkomitmen untuk mengerjakannya.
Tanpa memegang sepotong kertas yang menyatakan adanya kontrak, atau biasa disebut Surat Perintah Kerja (SPK), bahkan Surat Perintah Mulai Kerja, Saya sore itu "terbang" ke Jakarta. Menemui seorang kenalan lama yang mahir dalam bidang elektronika.
Kecepatan sangat diperlukan. Waktu kedatangan Tamu Negara dan Presiden akan diselenggarakan dalam dua minggu mendatang. Ternyata rencana pekerjaan itu seharusnya telah dimulai dari sejak sebulan lalu. Pemborong sebelumnya wanprestasi, sehingga diputus kontrak.
Jadi jadwal pekerjaan peremajaan MATV adalah satu setengah bulan. Sedangkan waktu sebulan telah disia-siakan olehnya. Tersisa dua minggu. Pekerjaan harus selesai tanpa bisa ditawar waktunya.
Malam itu Saya memperoleh gambaran.
MATV merupakan kepanjangan dari Master Antenna Television, yaitu sistem pembagian siaran TV ke berbagai ruang dalam sebuah gedung, semisal hotel, apartemen, dan lainnya.
Diperlukan dua antena parabola untuk menangkap sinyal satelit dari siaran premium (berbayar) dan siaran nasional. Kemudian sinyal ditampung dalam receiver, lalu diperkuat dengan amplifier untuk menyamakan kualitas keluaran audio-videonya. Setelah itu barulah dibagi melalui splitter ke ruangan-ruangan di lingkungan Istana. Demikian banyaknya perangkat, sehingga keseluruhannya memenuhi server cabinet/rack setinggi 2 meter.
Kenalan Saya menyanggupi penyelesain pekerjaan selama 3-4 minggu. Saya mendesak percepatan dengan bekerja lembur, kalau perlu 24 jam sehari dengan 3 shif tenaga teknisi. Setelah berdebat lama dan dengan bayaran lebih tinggi dari biasanya, akhirnya kerjasama itu disepakati.
Pekerjaan dikebut siang malam. Tidur dan makan terpaksa dilakukan di Istana yang terkenal ketat dan angker itu. Dua hari sebelum acara pertemuan antar kepala negara terjadi, dilakukann pengetesan sistem MATV . Sempurna!
Pada saat itu (2012), biasanya 3 hari sebelum Presiden datang seluruh pekerjaan borongan wajib dihentikan. Istana harus steril selain dari Paspampres, sniper, pejabat/pegawai istana, dan orang terpilih. Tim teknisi Saya mendapat keistimewaan, tentunya dengan pengawalan super ketat.
Beberapa hari sesudahnya, Saya menghitung pengeluaran pokok berdasarkan bon/nota/kwitansi. Ternyata jumlahnya melampaui anggaran yang tersedia, bahkan sebelum dipotong pajak (PPN dan PPh).