Boleh jadi penghalusan sebutan digunakan untuk menutupi kekerasan.
Mapram, ospek, PKKBM (Pengenalan Kehidupan Kampus Mahasiswa Baru) adalah bungkus dalam perpeloncoan, atau penerimaan mahasiswa baru di Perguruan Tinggi. Kegiatan pengenalan kampus itu berganti nama, namun kekerasan verbal, bahkan fisik, masih saja terjadi.
Sebuah video viral di medsos (14/9/2020). Seorang mahasiswi baru dibentak oleh seniornya, karena tidak patuh saat ospek daring di Universitas Negeri Surabaya (Unesa). Pihak Unesa berdalih bahwa ada kesalahan dalam koordinasi pelaksanaan PKKMB tersebut.
Praktik kekerasan dalam perpeloncoan masih terjadi dan sudah berlangsung sejak bertahun-tahun lalu.
Pengalaman Dipelonco
Seingat saya, sekitar tahun 1980-an dikenal mapram (Masa Pra Bakti Mahasiswa) untuk "menggojlok" mahasiswa baru.
Selama kegiatan mapram, mahasiswa baru mengalami perendahan martabat, kekerasan verbal dan fisik. Senior akan membentak, memberikan hukuman push-up, scotch-jump, bahkan tamparan dan tendangan, serta hukum ala militer lainnya, apabila ada yang melakukan kesalahan atau melawan.
Perihal penggunaan seragam SMA dengan atribut-atribut "ajaib" bukanlah hal yang aneh. Dengan kostum tersebut, mahasiswa baru berkeliling kampus, mengumpulkan tanda tangan senior. Juga berkeliling secara berkelompok dengan tugas tertentu di masyarakat umum.
Mahasiswa baru tiada yang berani melawan, kecuali seorang teman kelompok, sebutlah namanya si Fulan. Karena ada kesalahan-kesalahan, kami sekelompok harus menghadap panitia mapram di ruang senat.
Tanpa diduga, Fulan melepas lampu neon di ruangan itu, kemudian mengeremusnya, seperti makan kerupuk. Ia ternyata memiliki kemampuan silat dan debus. Melihat itu, para senior terdiam dan tidak satupun berani mendekat. Hukuman yang akan diberikan tak pernah terlaksana.