Sejak perjumpaan tersebut, merasuk ke seluruh relung di tubuhnya: tiada lain dan tiada bukan adalah gadis itu. Bayangnya demikian menjajah jiwa raga pria kasmaran itu.
Tidur tak nyenyak, makan tak enak memikirkan gadis yang bernama alias Dayang Sumbi.
Pria itu tidak lagi mempunyai pilihan lain selain mengejar Dayang Sumbi untuk menjadi kekasihnya. Berkali-kali ia mendekati dan mendesaknya agar menerima proposalnya.
Satu, dua, tiga kali Dayang Sumbi masih menghadapinya dengan penjelasan dan senyuman menawan yang membuat setiap pria menjadi klepek-klepek.
Namun untuk kali berikutnya ia tidak bisa tersenyum lagi. Dayang Sumbi kehilangan akal menjelaskan duduk persoalan sesungguhnya kepada pria yang sudah dibutakan oleh asmara itu.
Dayang Sumbi memberikan permintaan yang memberatkan dan syarat yang sekiranya mustahil dipenuhi oleh pria itu, sebagai penolakan halus.
Bukan permintaan membangun perahu dan membendung Sungai Citarum agar tercipta danau dalam semalam. Itu sudah usang.
Ia meminta sebuah kendaraan praktis berwarna keemasan untuk membawanya kemanapun dalam tempo secepat-cepatnya.
Pria itu sangat girang, "akhirnya permohonanku dikabulkan".
"Tapi tunggu dulu! Berapa lama?", ujarnya dalam hati. Ia teringat kisah Bandung Bondowoso yang gagal memenuhi tenggat waktu yang ditentukan oleh Rara Jonggrang sehingga terkena penalty overdue.
Ia tak hendak mengalami kejadian yang sama.