Seusai mengerjakan tugas-tugas sesuai dengan arahan penyelia, si Fulan santai beristirahat sembari merokok dan menyeruput kopi bersama petugas parkir di bawah pohon rindang. Sedangkan rekan kerjanya, Erwin, memperhatikan keadaan lobby kantor sebuah Bank Pembangunan Daerah (BPD) dengan seksama.
Hari itu cukup banyak nasabah berkunjung, keluar masuk menyelesaikan berbagai urusan. Sepatu mereka membawa serta abu dari luar. Jejak-jejak sepatu yang kemudian secara periodik dihapusnya dengan alat pembersih. Lantai senantiasa bersih dan mengkilap berkat pengawasan mata tajam dan kesigapan Erwin.
Dua kegiatan tersebut berlangsung selama jam kerja. Fulan bersantai setelah menyelesaikan instruksi atasan, sementara Erwin tetap melaksanakan fungsi sebagai petugas jasa pembersihan yang bertanggungjawab atas pekerjaannya. Fulan tidak saya kenal, sedangkan Erwin adalah teman sekelas saya waktu masih di SMA.
Dua orang itu merupakan tim pembersih ruangan kantor dari sebuah perusahaan alih daya (outsourcing) yang bergerak di bidang cleaning service. Setelah kontrak kerja perusahaan itu berakhir, maka keberadaan tim kerja itu otomatis berakhir pula.
Tidak demikian dengan Erwin, ia masih ada seperti biasa dan malahan direkrut menjadi staf Human Resource Development (HRD) di kantor BPD itu dengan peningkatan penghasilan, status, dan tanggung jawab. Lha kok bisa?
Setelah berbincang-bincang sejenak dengan Erwin dan dari hasil observasi sepintas, setidaknya ada dua hal yang menurut pemahaman saya membuat Erwin direkrut menjadi pegawai BPD, sebagai berikut:
Kerendahan Hati
Erwin, saya ketahui sejak sekolah, adalah orang yang bersahaja, rendah hati, dan rajin belajar. Kendati bukan siswa yang menonjol kepintarannya namun ia lulus dengan nilai baik. Kerendahan hati dan sifatnya yang ringan tangan membuatnya, nampaknya, disukai para pegawai BPD itu.
Di waktu-waktu luang, Erwin belajar mengenai hal di luar bidang pekerjaannya. Sifatnya yang mau menerima masukan, kritik, dan mau mengikuti perubahan telah menarik perhatian pimpinan.
Menurut sebuah riset, orang yang memiliki kerendahan hati cenderung merupakan pembelajar yang lebih baik. Artinya, kerendahan hati membuat seseorang mau membuka diri terhadap hal-hal baru dan mempelajarinya.
Dalam perjalanan ia mampu meningkatkan kecerdasan dan kualitas pribadinya serta berani mengakui ketika ia tidak (belum) mengerti apa-apa, sehingga ia mau belajar dan terus belajar memperbaiki diri.
Socrates menandaskan bahwa kerendahan hati adalah hal terhebat dari segala kebajikan (humility is the greatest of all virtues).