Malam mencekam, kendaraan perang cengkeram jalanan, laskar bersenapan tanpa sangkur melintas di atas tubuh-tubuh terbujur.
Sepatu lars berderap menyesap asap dari tembok-tembok gosong dan pintu-pintu toko menganga kosong melompong.
Gerbang-gerbang rumah terpentang ditendang pekik kebencian badai manusia, merampas jiwa raga tiada daya menyisakan kepiluan beraroma kematian.
Demi berahi tirani, sang angkara kobarkan ihwal rasial korbankan saudara sebangsa setanah air.
Mungkinkah kebencian dan iri dengki musnah dari bumi pertiwi?
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!