Ihwal kenaikan harga pangan, menjelang dan selama bulan suci ramadan setiap tahunnya berulang, menjadi fenomena menghadapi bulan besar.
Terberitakan pada hari pertama ramadan 2020 bahan pokok melejit harganya, seperti bawang merah dan gula pasir melonjak antara 12% sampai hampir 50% (sumber).
Pemerintah telah berupaya memenuhi kecukupan pasokan, baik dengan menambah impor maupun menjaga suplai dari produsen dalam negeri. Namun demikian, harga beberapa barang justru melesat naik, tanpa bisa dikendalikan.
Di atas kertas pasokan bahan pokok telah dicukupi, sedangkan realitasnya harga-harga melejit tidak terkendali.
Situasi harga di lingkungan sekitar saya tentu saja turut mengalami kenaikan mengikuti fluktuasi kenaikan harga pada umumnya. Namun keadaan itu tertolong dengan adanya Toko Tani Indonesia Center (TTIC) yang diinisiasi oleh Kementerian Pertanian. Harga-harga bahan pokok di TTIC lebih murah daripada di pasar tradisional.
Keberadaan TTIC, secara psikologis, sangat menolong dalam meredam fluktuasi harga. Tahun 2020 pemerintah siap membangun 2.000 unit TTIC yang lebih tersebar dalam upaya stabilisasi harga pangan pokok (sumber).
Sebetulnya artikel ini tidak akan mengulas tentang situasi harga di sekitar, karena kondisi saya tidak memungkinkan untuk mengecek harga bahan pangan. Istri sayalah yang rutin menyambangi warung dan toko terdekat, tidak mengeluhkan tentang sesuatu apapun.
Saya lebih suka mengulas perihal pola makan "apa adanya" selama bulan puasa dan tidak membedakannya dengan menu sebagaimana pada hari biasa.
Meskipun saya bukan tipikal orang yang mahir menjalankan tuntunan agama, namun saya memahami, bahwa esensi puasa adalah menahan diri untuk tidak terlalu berlebihan. Anggap saja itu penjadwalan ulang terhadap pola konsumsi. Pada hari biasa, makan tiga kali, sarapan, makan siang dan makan malam serta ngemil di atara waktu-waktu itu. Selama bulan ramadan berubah menjadi, makan sahur sebelum terbit fajar, buka puasa saat adzan Maghrib, dan di antara waktu tersebut sama sekali tidak diperbolehkan makan-minum.
Sederhananya, saya hanya memindahkan waktu makan dan menguranginya menjadi dua kali sehari, ditambah --kalau kepingin-- pilihan penganan yang melimpah di pasaran. Dengan kata lain, menahan nafsu dari terbitnya fajar sampai terbenamnya matahari.
Persoalannya, bagi sebagian orang ramadan dipandang sebagai perayaan, lalu berlomba-lomba berbelanja aneka bahan makanan dan menyiapkan makanan-minuman lebih banyak dibanding hari biasa.