Selama bulan Ramadan, istri marbot masjid jami di depan rumah membuka lapak penganan untuk takjil, terdiri dari: buras (lontong kecil berisi tumis oncom), aneka gorengan, kolak, dan mie glosor. Walah... makanan apa lagi mie glosor itu?
Tidak seperti mie umumnya, mie glosor cenderung lurus, berwarna kuning terang agak transparan, dan biasanya diolah dengan ditumis seperti mie goreng. Apakah ada olahan dengan cara lain? Sejauh ini saya belum menemukan olahan mie glosor selain ditumis atau digoreng.
Pada bulan Ramadan nyaris semua gerai kuliner dadakan penjual takjil di Bogor menempatkan mie glosor pada display utama. Dengan penampilan yang mencolok, mie glosor melambung menjadi olahan kuliner paling diburu oleh masyarakat Bogor. Biasanya menyantap mie glosor dengan disiram bumbu kacang.
Sebenarnya saya tidak akan memasaknya, namun dari bisik-bisik dengan "Bu Marbot" dibukalah rahasia mengolah mie glosor menjadi kudapan lezat buka puasa, sebagai berikut:
Bahan dan Bumbu Kacang
- 250 gram mie glosor, direbus sebentar lalu ditiriskan.
- Seikat satu sawi (caisim), seperempat kubis, daun bawang dicuci kemudian dipotong-potong sesuai selera.
- 4 siung bawang putih, 3 kemiri sangrai, dan merica secukupnya digerus halus.
- Panaskan minyak, tumis bumbu halus sampai harum, masukkan potongan kubis sampai agak layu lalu potongan sawi aduk-aduk sampai lemas, kemudian masukkan mie glosor. Aduk sampai semua bumbu merata, tambahkan garam sesuai selera dan bumbu penyedap jika suka. Jangan terlalu lama, karena mie glosor cenderung patah, cukup segera setelah semuanya tercampur, angkat. Taburi bawang merah goreng.
- Untuk bumbu kacang, gerus 1 ons kacang tanah goreng bersama1 buah cabai merah, 4 - 5 cabai rawit (atau sesuai selera), garam. Tambahkan 1/2 sendok gula, pasir sedikit cuka atau air perasan jeruk limau dan air hangat matang secukupnya.
Demikian cara masaknya menurut versi Bu Marbot, bisa dicoba.
Bahan dasar hidangan ini dibuat dari tepung singkong atau aci, sehingga teksturnya licin dan warna kuningnya berasal dari campuran kunyit. Sejatinya jenis makanan ini berasal dari Sukabumi, tetapi sejak tahun 90'an mie glosor menjadi salah satu kuliner legendaris yang populer di Bogor (sumber).
Dengan itu, apakah mungkin mie glosor bisa menggantikan kepopuleran mie umumnya, atau tepatnya: penggunaan tepung aci bisa menggeser tepung terigu yang telah menggurita dalam industri pangan?
Tepung terigu, bahan pembuat mie, berasal dari gandum yang diimpor, karena komoditas ini tidak produktif di Indonesia.
Selain untuk bahan baku pembuat pakan ternak, pergeseran pola konsumsi selama ini, dari beras ke hasil olahan gandum, ditengarai menyebabkan impor gandum semakin meningkat. Berdasarkan data BPS, pada tahun 2018 dan 2019 terinformasi, bahwa impor gandum meningkat dari 10,10 ton menjadi 10,69 ton (sumber).
Mie glosor yang terbuat dari tepung singkong dapat dipandang sebagai salah satu alternatif dalam diversifikasi pangan yang menjanjikan. Namun sebagaimana bahan pangan lokal lain, seperti tepung sagu dan jagung, masih belum bisa dijadikan substitusi tepung terigu. Paling banter menjadi bahan intermediate (bahan pembantu) dalam industri pangan.
Barangkali karena harga pangan lokal yang relatif kurang kompetitif (harga tepung terigu 8.000 - 9.000 per kilo, sedangkan tepung aci 11.000 per-kilogram, bahkan tepung mocaf sekitar 21.000).
Atau, apakah para pemangku kebijakan lebih suka mengambil opsi mengimpor bahan pangan dibanding menginisiasi penggunaan bahan pangan lokal? Bisa jadi, diversifikasi olahan pangan berbasis tepung lokal gagal dikembangkan oleh para pemangku kepentingan.
Buktinya, mie glosor --sepanjang pengetahuan saya-- hanya beredar di sekitar Sukabumi dan Bogor, tidak meluas ke seluruh bagian wajah Indonesia.
Eh.. jadi ngelantur, maaf.
Pantas saja mie glosor merupakan penganan favorit yang diburu oleh pecinta kuliner Bogor dan sekitarnya sebagai tajil.
Kendati sehari-hari bahan mentahnya tersedia di pasaran, sayangnya mie glosor hanya populer selama bulan Ramadan dan terbatas di daerah tertentu saja.
Ia mengglosor alias meluncur lalu tenggelam begitu saja diterpa keperkasaan mie berbasis terigu yang berasal dari olahan gandum impor.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H