Mohon tunggu...
Budi Susilo
Budi Susilo Mohon Tunggu... Lainnya - Bukan Guru

Nulis yang ringan-ringan saja. Males mikir berat-berat.

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Bangku Taman yang Tidak Berubah

23 April 2020   20:08 Diperbarui: 23 April 2020   20:20 241
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gambar oleh Couleur dari pixabay.com

Ketika kota masih berselimut kabut, aku telusuri sunyi sampai tiba di taman, yang kurasa sebagai alamat paling tenteram, lalu menghampiri bangku tempat kita pernah duduk berdua.

Bangku taman itu tidak berubah, hanya sedikit basah oleh embun halimun semalam, terperangkap cat coklat kusam, yang mengelupas beberapa bagiannya.

Taman itu nirwana bagi daun-daun, meluruh satu demi satu, rebah dalam damai di atas rerumputan, juga taman bahagia, bagi burung- burung merpati, berkeliaran riang menjemput, tawa renyahmu menaburkan remah-remah roti.

Aku meyakini, bangku dan taman masih sama seperti dulu, terekam dalam lamunan, menuturkan runtuhnya embun beserta daun-daun.

Burung-burung merpati pun, masih tetap berkeliaran riang menunggu, remah-remah roti yang kutaburkan bersama kenangan tentangmu.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun