Mohon tunggu...
Budi Susilo
Budi Susilo Mohon Tunggu... Bukan Guru

Best in Citizen Journalism dan People Choice Kompasiana Awards 2024, yang teteup bikin tulisan ringan-ringan. Males mikir berat-berat.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Durian yang Merangsang

20 April 2020   06:31 Diperbarui: 20 April 2020   06:32 87
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Seperti biasa Rudolfo berjemur di kebun percobaan Cikeumeuh milik sebuah Balai Penelitian Pertanian.

Setiap pagi, pada halaman luas itu Rudolfo melancarkan peredaran darah tubuh dengan berjalan tidak beralas kaki di hamparan selasar aspal tanpa takut kendaraan hilir mudik seperti di pinggir jalan umum.

Selain menikmati siraman sinar mentari pagi yang melimpah tiada bangunan penghalang, Rudolfo bisa memandang kebun luas yang berisi tanaman sayur mayur dan buah-buahan.

Di sana dapat ditemukan berbagai jenis tanaman sayur: kangkung darat, kubis, bayam, terong, cabe, mint dan katuk.

Di pematang-pematangnya berjajar pohon buah jambu air, jambu bol, mangga, rambutan dan durian. Apapun buah matang yang bisa diraih boleh dipetik, asalkan bukan durian.

Buah durian berukuran besar, mungkin sejenis monthong, bergelantungan di pohon setingi lima meter, tergantung pendek pada dahannya hingga mudah diraih dan mengundang selera untuk dipetik.

Meskipun buah durian belakangan ini merupakan salah satu pantangan, namun Rudolfo berpendapat, tidak apa-apa mengonsumsinya barang sesekali.

Durian yang besar, segar dan merangsang, bahkan meskipun dengan keterbatasannya, akan sangat mudah dipetik.

Sayangnya penjaga senantiasa mengawasi ketat dari rumah mess sejarak dua puluh meter.

Ditambah seekor anjing  Rottweiler yang selalu menggonggong hendak menyerang jika ada orang asing memasuki lahan tersebut.

Untungnya anjing tersebut diikat pada pokok pohon kelapa. Rudolfo bebas berjalan-jalan di dalam kebun itu, meskipun berkali-kali mendapat gonggongan menakutkan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun