Jika pandemi virus corona berkepanjangan, maka ceteris paribus (mengabaikan faktor-faktor lainnya) diperkirakan akan membawa perekonomian dunia kepada krisis ekonomi terburuk dalam sejarah.
Ketua IMF, Kristalina Georgieva, mengindikasikan terjadinya krisis ekonomi terburuk sejak The Great Depression tahun 1930-an akibat pertumbuhan negatif ekonomi global pada tahun ini (9/4/2020).
Depresi ekonomi besar tahun 1929 - 1939 yang melanda Amerika Serikat, dikenal sebagai "krisis malaise", timbul akibat didera harga saham yang berjatuhan secara dramatis. Keruntuhan yang menyebabkan multiplier effect, seperti: ambrolnya kepercayaan konsumen kepada pasar saham, ambyarnya dunia investasi, terhentinya sektor riil dan seterusnya.
Masyarakat juga kehilangan kepercayaan kepada perbankan, dengan melakukan rush besar-besaran, yang memaksa bank melikuidasi kolateral pinjaman. Banyak bank mengalami kebangkrutan dan penutupan.
Ambruknya fundamental ekonomi tersebut melonjakkan tingkat pengangguran. Sementara itu sektor produksi merosot, dan harga jual hasil pertanian jatuh.
Hal-hal itu menyeret peningkatan kredit macet yang melambungkan penyitaan jaminan, sehingga masyarakat Amerika yang terbiasa memperoleh aset melalui hipotik terpaksa harus rela kehilangan rumahnya.
Krisis Malaise tersebut telah memporak-porandakan sektor-sektor produktif, meningkatkan jumlah pengangguran dan kelaparan, merebaknya tunawisma serta hilangnya harapan hidup banyak orang.
Pandemi virus corona pada saat sekarang mengharuskan beberapa negara melakukan lockdown dan pembatasan yang pada gilirannya akan berdampak kepada penutupan banyak perusahaan dan pengurangan tenaga kerja secara masif.
Capital market mengalami fluktuasi yang mendebarkan bagi pelaku pasar saham. Pasar yang sedang tumbuh dan negara-negara berkembang akan mengalami pukulan paling telak, yang memerlukan bantuan asing senilai ratusan juta Dollar.
Terlepas dari kepentingan IMF untuk "melariskan bantuan asing (foreign aid) penyebab depedensi ekonomi-politik" dengan menggulirkan persepsi krisis perekonomian global, perlu dicermati potensi penurunan riil pendapatan per-kapita dalam masa mendatang, sebagai dampak dari bencana kesehatan yang sedang melanda dunia tersebut.
Penurunan itu dipicu oleh merosotnya produktivitas berbagai industri yang mengancam terjadinya lay off karyawan secara besar-besaran. Pengangguran itu akan berdampak kepada peningkatan non-performing loan pada neraca perbankan.