Diusap-usapnya wajah pualam itu dengan penuh kelembutan. Dielusnya rambut panjang bergelombang kehitaman mewangi melati. Tersenyum, ditelusurinya keindahan yang terpancar dari sosok yang terbaring berselimut kedamaian di atas peraduan sepi. Damai dan amat tenang.
Setelah sekian lama, baru kali ini ia bisa memeluk erat wanita yang sangat dicintainya. Kerinduannya demikian memuncak. Mungkin sembilan bulan, bahkan setahun terakhir ia tidak pernah mendekapnya selekat ini.
Niko membongkar ingatan terpendam selama itu. Kenangan yang kemudian menjadi rahasia mereka berdua, tersimpan di sekat-sekat kelam terdalam pada diri masing-masing.
Persoalan-persoalan hidup menyelubungi hubungan suami istri menjadi buram, muram seperti rumah lembab terjepit dalam gang sempit.
Hanya rumah itulah yang bisa mereka peroleh, selain dekat dengan kawasan perdagangan, harga kontrakannya pun paling terjangkau.
Nita adalah pelayan toko di daerah Mangga Besar. Pekerjaan itu yang bisa didapatnya setelah ia bersikukuh mencari uang. Dengan berat hati Niko mengijinkan istrinya mengambil alih posisi sebagai pencari nafkah pasangan yang belum dikaruniai anak tersebut.
Lebih dari setahun, Niko mempunyai penghasilan nihil setelah kantornya melakukan pengurangan karyawan. Pada awal dirumahkan, ia masih bisa mengandalkan uang pesangon. Lama-kelamaan tabungan yang dimilikinya menyurut tanpa pemasukan.
Tidak terhitung banyaknya lamaran dilayangkan, tak satupun ikan menyangkut pada kail yang ditebarnya ke samudra lowongan. Niko pontang-panting bekerja serabutan, namun tiada kekuatan memadai untuk menyangga atap rumah tangga yang mulai keropos.
Di tengah kegelisahan melawan ketidak berdayaan, tersembul noktah harapan. Istrinya mendapat tawaran pekerjaan sebagai pelayan toko. Nita berijazah SMA, berpenampilan menawan juga ramah, merupakan dasar kelayakan menjadi pekerja pengganti.
Niko keberatan, karena ia merasa masih memiliki kemampuan untuk bekerja. Alasan lain, yang tidak terucap, adalah pesona Nita, yang pernah meluluhkannya pada awal pertemuan mereka. Ia khawatir pesona itu berpotensi menjadi daya tarik bagi kumbang-kumbang hitam liar penghisap melati.
Penghasilan Nita dari bekerja sedikit demi sedikit menambal kebocoran finansial yang koyak moyak. Niko mau tidak mau menerima kenyataan itu, kendati rasa was-was dan percik-percik bara api tak beralasan meletup-letup di dada. Sebagai kepala rumah tangga ia tidak bisa membuktikan apa-apa.