Mohon tunggu...
Budi Susilo
Budi Susilo Mohon Tunggu... Lainnya - Bukan Guru

Nulis yang ringan-ringan saja. Males mikir berat-berat.

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Puisi | Kupu-kupu

1 Februari 2020   20:07 Diperbarui: 1 Februari 2020   20:11 174
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kupu-kupu isyarat tamu. Siapa nun layak dijamu? Kenalan dekat, atau kerabat jauh? Boleh jadi, rejeki lama sudah ditunggu.

Kupu-kupu menclok di sepatu. Setelah melingkari kepala, sekali. Menyentuh rambut, dua kali. Menggelintar tanpa henti. Kelana abadi adalah nisbi.

Kupu-kupu hinggap di sepatu. Melanglang lalu layu. Usai mengitari, empu jambul sewarna abu.

Kupu-kupu kelam, sepatu biru. Usang dimakan waktu. Sang pembawa duka telah menunggu.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun