Mohon tunggu...
Budi Susilo
Budi Susilo Mohon Tunggu... Lainnya - Bukan Guru

Best in Citizen Jounalism dan People Choice Kompasiana Awards 2024, yang teteup bikin tulisan ringan-ringan. Males mikir berat-berat.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cerpen | Kepala Menggelundung dari Genggaman Augusta

29 Januari 2020   09:49 Diperbarui: 29 Januari 2020   09:58 261
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi: Gambar oleh Hans Braxmeier dari pixabay.com

"Gedebuk! Gedubrak!", suara kelapa jatuh beruntun sontak meruntuhkan nyenyak yang nyaris membungkus. Augusta terjaga, duduk, lalu memasang kuping untuk mendengarkan, "Banyak juga yach...!"

Diliriknya arloji, "Hmmm.....jam dua dini hari".

Penasaran, tanpa suara, Augusta keluar rumah menuju kebun kelapa nan samar dicahayai bulan sepotong, membawa lampu teplok)2 melintasi jalan setapak menuju bayang kelam pohon-pohon menjulang.

Butir-butir kelapa bergeletakan di sekitarnya. Setidaknya ada sepuluh butir: "Lumayan. Hanya perlu waktu sebentar memindahkannya ke gudang agar tidak diambil orang lain".

Tiba-tiba angin kencang menerpa, dingin menggigilkan tubuh kendati Augusta sudah berbalut sarung.

Diangkatnya satu kelapa, ...dua butir kelapa. Tidak berat dan mudah dijinjing dengan menggenggam rambutnya yang menjuarai.

"Rambut....???", Augusta mendekatkan lampu teplok ke kelapa.

Sepasang mata melotot, gigi bergerigi meringis, membentuk wajah menyeringai pada kelapa yang digenggamnya.

"Kepala.....??? Kepala........ bukan...... kelapa......!!!"

Kepala yang mengucurkan darah dari leher, tepatnya lubang bekas leher. Dari wajahnya, mata memancar sinar kemerahan menampakkan gigi putih dalam hitamnya malam, melantangkan tawa terbahak-bahak.

Butir-butir kepala lain, yang bergerombol diantara pelepah-pelepah, turut menertawakan muka pias Augusta yang ketakutan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun